Garuda Hanya Untung 2,5 Persen dari Penerbangan Haji 2023, Dirut: Kami Pengennya 25 Persen
Direktur Utama Garuda Indonesai Irfan Setiaputra mengungkap dampak yang didapat dari harga penerbangan haji sebesar Rp 32,7 juta.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Garuda Indonesai Irfan Setiaputra mengungkap dampak yang didapat dari harga penerbangan haji sebesar Rp 32,7 juta.
Diketahui, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk bersama Kementerian Agama menyepakati biaya penerbangan haji sebesar Rp 32,7 juta atau tepatnya Rp 32.743.992 di 2023.
Irfan mengatakan jumlah tersebut menurun Rp 212.900 dibanding usulan awal.
Baca juga: Kuota Haji 1444 H Berjumlah 221.000 Jemaah, Berikut Ketentuan dan Sebaran Daftar Kuota per Provinsi
Menurut dia, turunnya harga penerbangan haji menjadi Rp 32,7 juta bisa menimbulkan dua dampak yang berbeda, yaitu menguntungkan atau merugikan.
Dengan asumsi harga avtur yang digunakan dalam penetapan ini sebesar 93 sen, Irfan menyebut Garuda harus menanggung apabila ternyata di kemudian hari harga avtur tersebut meningkat.
"Contohnya gini. Kami menentukan harga avtur 93 sen. Kalau harga avtur jadi 100 sen, yang menanggung [sisanya] kan Garuda," katanya ketika ditemui di ICE BSD Tangerang, Jumat (24/2/2023).
Namun, lain cerita apabila harga avtur di kemudian hari bisa turun, contohnya menjadi 85 sen.
"Kalau ternyata jadi 85 sen, ya kita mungkin memperoleh sedikit keuntungan dari situ," ujar Irfan.
Saat ini, dengan basis harga avtur 93 sen, Garuda memperoleh keuntungan sekitar 2,5 persen dari biaya penerbangan haji.
Jumlah keuntungan yang diambil sudah sesuai dengan aturan yang menyebutkan maksimal keuntungan hanya boleh ada pada angka tiga persen.
"Di haji ini ada aturan bahwa kita hanya boleh mengambil keuntungan maksimal tiga persen. Jadi, perhitungan cost yang diberikan, berdasarkan keuntungan, kita akan mengambil sekitar 2,5 persen," kata Irfan.
Baca juga: Kuota Haji Tahun Ini 221 Ribu, Jemaah Asal Jawa Barat Paling Banyak
Ketika ditanya persentase keuntungan yang sebenarnya diinginkan, Irfan menyebut 25 persen. Namun, apabila ia menentukan segitu, akan di-bully banyak orang.
"Kami pengennya 25 persen. Tapi, nanti di-bully semua orang. Kami ikut aturan saja. Yang penting kan harganya, asuminya, disepakati. Nah, memang di sini lah tantangan menarik, yaitu bagaimana kita bermain di asumsi tersebut," katanya.
Sebagai informasi, Irfan mengungkap tiga faktor yang mempengaruhi penetapan biaya penerbangan haji ketika melakukan rapat panitia kerja bersama Komisi VIII DPR RI, Selasa (14/2/2023).
Pertama adalah harga bahan bakar avtur. Saat ini di kisaran 97 sen per liter, sedangkan perseroan ambil posisi di 93 sen.
Baca juga: Biaya Haji 2023 Naik, Kemenag Jatim: Semua Jemaah Tetap Ingin Berangkat
Garuda Indonesia asumsikan terdapat kemungkinan penurunan harga dari sisi avtur, walaupun tahun lalu alami kerugian akibat peningkatan harga avtur pada waktu musim haji karena gunakan angka 84 sen ternyata capai puncaknya di 112 sen per liter.
Kedua, sesuai dengan kesepakatan dengan Kementerian Agama dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) gunakan asumsi kurs Rp 15.150 per dolar AS
Ketiga, perseroan gunakan harga sewa pesawat sama dengan 2019 asumsi kondisi normal dan belum ada negosiasi sama sekali.
Selanjutnya, perseroan terkejut begitu mengetahui harga sewa pesawat naik 30 persen, sedangkan tetap dalam hitungan gunakan harga sewa 2019.
Secara keseluruhan, perseroan mengklaim hanya akan mengambil 2,5 persen margin di tengah adanya berbagai risiko yang terus coba untuk di-manage semaksimal mungkin mengenai avtur dan harga sewa pesawat.