Nilai Mata Uang Riyal Iran Merosot Sejak Aksi Protes Anti Pemerintah Meluas
Untuk pertama kalinya, mata uang Riyal Iran anjlok ke angka 600.000 per 1 dolar AS pada Minggu (26/2/2023).
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Mata uang Iran dilaporkan jatuh ke posisi terendah terhadap dolar AS di tengah aksi protes anti pemerintah.
Untuk pertama kalinya, mata uang Riyal Iran anjlok ke angka 600.000 per 1 dolar AS pada Minggu (26/2/2023).
Hal ini membuat warga Iran berbondong-bondong ke kantor penukaran mata uang untuk dapat menukarkan Riyal Iran dengan dolar AS yang semakin langka.
Banyak warga yang melihat tabungan mereka di bank menguap karena anjloknya nilai mata uang lokal.
Kondisi ekonomi yang buruk telah berkontribusi pada meluasnya amarah warga pada pemerintah, dan sekaligus mendorong warga lebih fokus pada upaya menyediakan makanan dibanding mengikuti aktivitas politik berisiko tinggi karena potensi tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
Mata uang Iran diperdagangkan pada 32.000 Riyal terhadap 1 dolar Amerika ketika ditandatanganinya perjanjian nuklir dengan negara-negara adidaya pada 2015 silam.
Perjanjian itu mencabut sanksi-sanksi ekonomi sebagai imbalan atas pembatasan ketat dan pengawasan kegiatan nuklirnya.
Namun, perjanjian itu kemudian tidak lagi dilanjutkan pada 2018 usai mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik perjanjian tersebut dan kembali memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi yang melumpuhkan negara itu.
Baca juga: PM Israel Benjamin Netanyahu Salahkan Iran atas Serangan terhadap Kapal Tanker Minyak
Pemerintahan Biden sendiri telah mendukung kembalinya perjanjian nuklir itu.
Namun sayangnya negosiasi antara AS dan Iran masih menemui jalan buntu, sehingga perjanjian tersebut terhenti hingga saat ini.