Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kekhawatiran Krisis Bank Global Mereda, Bursa Saham Asia Cerah

Indeks blue-chip China naik 0,8 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 1,2 persen.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Kekhawatiran Krisis Bank Global Mereda, Bursa Saham Asia Cerah
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Bursa saham Asia pulih dari posisi terendah di perdagangan sebelumnya, setelah kekhawatiran akan krisis perbankan global mereda menyusul suntikan dana untuk bank-bank yang bermasalah di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Bursa saham di China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Australia, Filipina, dan Hong Kong naik pada perdagangan Jumat (17/3/2023), mengikuti kenaikan di Wall Street setelah bank-bank besar AS meluncurkan bantuan sebesar 30 miliar dolar AS ke First Republic Bank untuk menghindari bank itu mengalami kebangkrutan.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,9 persen, membalikkan kerugian sebelumnya, sementara indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,5 persen.

Baca juga: Bursa Asia Jatuh Jelang Pengumuman Data Ekonomi Pekan Ini

Indeks blue-chip China naik 0,8 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 1,2 persen.

Saham bank Asia ikut melonjak, dengan indeks MSCI Asia Pacific Financials naik sebanyak 0,4 persen, menurut laporan Bloomberg.

Bank-bank Jepang seperti Mitsubishi UFJ Financial Group dan Sumitomo Mitsui Financial Group termasuk di antara yang memperoleh keuntungan besar, dengan kenaikan saham sebesar 2 persen, kata Bloomberg.

BERITA REKOMENDASI

“Saya akan mengatakan secara keseluruhan, bank sentral sudah siap. Itulah mengapa pasar menjadi lebih tenang,” kata kepala ekonom untuk Asia Pasifik di Natixis di Hong Kong, Alicia García-Herrero, dikutip dari Al Jazeera.

"Saya tidak berpikir kita telah menghindari krisis, terus terang, saya pikir terlalu dini untuk mengatakannya, tetapi yang saya tahu adalah bahwa terutama The Fed, dan saya akan mengatakan Bank Nasional Swiss, telah bereaksi sangat cepat," tambahnya.

Bursa saham Asia jatuh pada perdagangan Kamis (16/3/2023), di tengah kekhawatiran mengenai kesehatan keuangan Credit Suisse dan kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) yang runtuh sehingga memicu kekhawatiran krisis perbankan global.

Otoritas keuangan di seluruh dunia telah berusaha keras untuk mencegah krisis keuangan sejak keruntuhan SVB yang mengejutkan pada minggu lalu, setelah nasabah menarik dana sebagai tanggapan atas kerugian besar yang diderita bank dari penjualan obligasi jangka panjang.

Ahli strategi global di perusahaan manajemen investasi Invesco, Brian Levitt, mengatakan kepada Reuters, pasar berfokus pada bank-bank kecil dengan bisnis pinjaman khusus. Setelah SVB, yang berfokus pada industri teknologi, investor mengalihkan perhatian mereka ke bank berikutnya yang terpapar kenaikan suku bunga dan risiko kredit tertentu.


“First Republic Bank, yang memiliki eksposur signifikan ke pasar real estat pesisir, tampaknya berada di urutan berikutnya,” katanya.

Pemberi pinjaman yang berbasis di California melihat harga sahamnya turun lebih dari 70 persen di awal pekan ini.

Namun, saham First Republic Bank naik setelah 11 bank AS, termasuk Bank of America, Citigroup dan JPMorgan Chase, mengumumkan akan menyuntikkan dana sebesar 30 miliar dolar AS ke ke First Republic Bank.

"Tindakan bank-bank terbesar Amerika mencerminkan kepercayaan mereka pada sistem perbankan negara itu," kata bank-bank tersebut dalam sebuah pernyataan.

Di Eropa, pasar didorong oleh keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen di tengah kekhawatiran investor bahwa ECB akan mengambil sikap yang lebih hawkish.

Investor juga menyambut baik pengumuman bahwa Credit Suisse, yang telah lama dirundung keraguan atas kesehatan keuangannya, akan meminjam hingga 50 miliar franc Swiss atau sekitar 54 miliar dolar AS dari bank sentral Swiss untuk menopang likuiditas dan kepercayaan investor.

“Ekspektasi bahwa krisis keuangan telah dihindari, setidaknya untuk saat ini, telah memberikan tekanan penurunan pada imbal hasil dan menurunkan nilai dolar AS,” kata ekonom senior untuk Asia di UBP di Hong Kong, Carlos Casanova.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas