Harga Properti di Hong Kong Melonjak 2,2 Persen pada Februari
Harga properti di Hong Kong naik 2,2 persen untuk dua bulan secara berturut-turut di tahun ini.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI – Harga properti di Hong Kong naik 2,2 persen untuk dua bulan secara berturut-turut di tahun ini.
Kenaikan itu didorong oleh membaiknya sentimen setelah dibukanya kembali perbatasan dengan China, ekspektasi bahwa suku bunga memuncak, dan serentetan peluncuran proyek baru.
Kenaikan harga properti pada Februari mengikuti kenaikan 1 persen yang direvisi pada Januari dan merupakan yang terbesar sejak Mei 2020, data resmi menunjukkan pada Rabu (29 Maret).
Baca juga: Pandemi Berakhir, Pengembang Sebut Industri Properti Bakal Semakin Tumbuh
Hong Kong pernah dinobatkan sebagai kota paling tidak terjangkau di dunia pada tahun lalu oleh lembaga survei Demographia. Hal itu didasarkan oleh harga properti versus pendapatan rata-rata penduduknya.
"Hong Kong telah diberi tanggung jawab yang jelas oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan keterjangkauan perumahan, dan meningkatkan ukuran rumah," kata Demographia dalam laporannya pekan lalu.
Seorang analis di JPMorgan Cusson Leung memperkirakan kenaikan harga properti di Hong Kong sebesar 10 persen hingga 15 persen tahun ini disebabkan oleh perlambatan laju kenaikan suku bunga, hingga kondisi perekonomian yang lebih kuat.
"Peningkatan signifikan dalam transaksi perumahan kelas atas adalah suara kuat dari kepercayaan beli di pasar perumahan Hong Kong," kata Leung dalam sebuah laporan.
Sementara itu, perusahaan yang bergerak di bidang properti Cushman & Wakefield memperkirakan harga properti di Hong Kong akan naik 5 persen hingga 10 persen untuk setahun penuh.
“Pembukaan kembali perbatasan dan langkah pemerintah baru-baru ini untuk menurunkan bea meterai bagi pembeli properti pertama kali dari apartemen kecil hingga menengah telah mendorong lebih banyak pembelian di pasar properti,” pungkas Cushman & Wakefield.