Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kamis Pagi Rupiah Melemah Tipis di Level Rp15.065 per Dolar AS

Pergerakan rupiah masih sangat dipengaruhi oleh faktor global, yaitu ekspektasi bahwa tren kenaikan suku bunga di negara maju.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Kamis Pagi Rupiah Melemah Tipis di Level Rp15.065 per Dolar AS
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp15.065 pada Kamis pukul 09.22 WIB (30/3/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp15.065 pada Kamis pukul 09.22 WIB (30/3/2023).

Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah tipis 10 poin.

Di mana sebelumnya pada kemarin (29/3/2023), nilai tukar rupiah di level Rp15.055

Analis Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda masih akan terus berlanjut.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Melemah ke Level Rp15.390 per Dolar AS

Menurutnya, salah satu faktor menguatnya rupiah didorong turunnya indeks dolar AS imbas mulai meredanya Bank Sentral AS alias The Fed, dalam mengambil kebijakan peningkatan suku bunga.

"Pergerakan Rupiah masih sangat dipengaruhi oleh faktor global, yaitu ekspektasi bahwa tren kenaikan suku bunga di negara maju, terutama The Fed akan segera berakhir," ucap Rully kepada Tribunnews, Kamis (30/3/2023).

BERITA REKOMENDASI

"Dan kalau kami perkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga untuk terakhir kalinya pada siklus pengetatan moneter saat ini, sebesar 25 bps di bulan Mei," sambungnya.

Berdasarkan pantauan Tribunnews, pada pekan ini pergerakan rupiah cenderung mengalami penguatan.

Pada Senin (27/3), rupiah berada di level Rp15.163 per dolar AS. Lalu kemudian di hari selanjutnya (28/3) mata uang Garuda menguat 78 poin, yakni ke level Rp15.085.

Dan pada Rabu (29/3) rupiah kembali perkasa ke level Rp15.055, atau menguat 30 poin.

Rully juga mengatakan, ke depannya The Fed bakal makin reda dalam menahan kenaikan suku bunga, salah satunya dipicu oleh ketidakstabilan di sektor perbankan AS.

"Dan selain itu ada peningkatan injeksi likuiditas di sistem perbankan AS, yang juga bekerja sama dengan beberapa bank sentral negara negara maju lainnya, yaitu ECB, BoE, bank sentral Canada, dan Swis. Hal ini mendorong peningkatan peredaran dolar AS secara global," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas