Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Geser Dolar AS, Yuan China Jadi Mata Uang Terbanyak Diperdagangkan di Rusia

Yuan China kini menjadi mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia mengalahkan dolar AS.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Geser Dolar AS, Yuan China Jadi Mata Uang Terbanyak Diperdagangkan di Rusia
Lam Yik/Bloomberg
Yuan China menjadi mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia, menggeser dolar AS yang sebagian besar didorong oleh sanksi Barat yang diterima Moskow setelah menginvasi Ukraina. Lam Yik/Bloomberg. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Yuan China berhasil melampaui dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia, sebagian besar didorong oleh sanksi yang diterima Moskow setelah menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

Menurut laporan dari situs berita keuangan Investors King, yang mengutip data dari Moscow Exchange, menunjukkan perkembangan itu awalnya terjadi pada Februari, tetapi perubahan tersebut “melebar lebih jauh pada Maret".

Melansir dari Asia Financial, perusahaan dan pemerintah Rusia melakukan transaksi perdagangan luar negeri dalam mata uang sekutunya seperti China dan India, yang telah menolak untuk mendukung sanksi yang dijatuhkan Washington, Uni Eropa dan negara lain sebagai tanggapan terhadap konflik pertama yang terjadi di Eropa sejak Perang Dunia II.

Kementerian Keuangan Rusia mengubah operasi pasarnya menjadi yuan China alih-alih dolar AS pada awal tahun ini dan mengembangkan struktur baru untuk dana kekayaan nasional guna menahan 60 persen asetnya dalam yuan, kata laporan itu,

"Karena sanksi tambahan yang diberlakukan tahun ini memiliki pengaruh ke beberapa bank di Rusia yang dapat melakukan transfer lintas batas dalam dolar dan mata uang lain dari negara yang dianggap 'tidak bersahabat' oleh Kremlin," tambah laporan itu.

Bank Sentral Rusia telah menyarankan perusahaan dan warga Rusia untuk memindahkan aset mereka ke mata uang rubel atau mata uang negara 'bersahabat' guna menghindari risiko pemblokiran atau pembekuan.

Berita Rekomendasi

Sanksi atas invasi Moskow ke Ukraina tampaknya menjadi faktor kunci dalam mengikis dominasi dolar AS, mengingat negara-negara di berbagai kawasan seperti Asia Tenggara dan Timur Tengah lebih memilih untuk tetap menundukkan kepala dan tidak memihak di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Rencana jangka panjang China untuk mengurangi kekuatan dan jangkauan hegemoni dolar AS, mengalami kemajuan pada minggu lalu. Lebih banyak langkah seperti itu diperkirakan akan terjadi di masa mendatang.

Baca juga: Layanan Perpesanan China WeChat Integrasikan Yuan Digital ke dalam Platform Pembayarannya

Kemajuan pertama terjadi pada akhir bulan lalu, ketika pemerintah Brasil mengumumkan mereka telah sepakat dengan Beijing bahwa semua perdagangan bilateral sekarang akan diselesaikan dalam mata uang lokal mereka, bukan dolar AS.

Kesepakatan itu sebagian besar didorong oleh fakta bahwa China adalah mitra dagang terbesar Brasil.

Kemajuan kedua datang ketika perusahaan minyak nasional China CNOOC dan TotalEnergies Prancis menyelesaikan perdagangan LNG pertama China yang diselesaikan dalam mata uang yuan.

Baca juga: Yuan Depak Dolar AS sebagai Mata Uang Paling Banyak Diperdagangkan di Pasar Rusia  

Analis ekonomi mencatat bahwa China, Rusia dan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) mulai membangun blok ekonomi alternatif yang terpisah dari dolar, yang menjadi mata uang global yang dominan selama beberapa dekade terakhir.

Ketertarikan pada penggunaan mata uang lokal yang lebih besar juga tumbuh di Asia Tenggara, terutama untuk perdagangan di kawasan tersebut.

Pembicaraan mengenai mengurangi ketergantungan pada dolar AS, euro, yen, dan poundsterling Inggris serta memindahkan penyelesaian perdagangan ke mata uang lokal adalah topik utama dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN yang digelar di Indonesia pada 28 Maret 2023, menurut laporan dari ASEAN Briefing.

Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan keputusn beralih dari sistem pembayaran Barat diperlukan untuk melindungi transaksi-transaksi dari kemungkinan dampak perubahan geopolitik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas