Untung 7,13 Juta Dolar AS di 2022, NIKL Tak Bagikan Dividen
NIKL memutuskan tidak membagikan dividen tahun ini karena perseroan sedang fokus memperbaiki struktur keuangan.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) memutuskan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham dari hasil laba bersih sepanjang 2022.
Hal tersebut diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) NIKL, Kamis (6/4/2023).
Direktur NIKL Abdul Haris Suhadak mengatakan, dalam RUPST perseroan mengusulkan laba bersih Tahun Buku 2022 yang sebesar 7,13 juta dolar AS ditempatkan sebagai dana cadangan sebesar 3,1 juta dolar AS.
"Sisanya sebesar 58 persen dari laba bersih untuk meningkatkan saldo laba ditahan. Untuk Tahun Buku 2022, perusahaan belum bisa memberikan dividen," kata Haris.
Dia menyebutkan, keputusan tidak membagikan dividen tahun ini karena perseroan sedang fokus memperbaiki struktur keuangan.
Terlebih, hingga akhir tahun lalu NIKL masih memiliki utang bank jangka pendek sebesar 95,6 juta dolar AS atau lebih tinggi dibanding Tahun Buku 2022 senilai 71,47 juta dolar AS.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama NIKL, Jetrinaldi menyampaikan, kebijakan untuk membagikan dividen tidak berlanjut di tahun ini, setelah pada tahun lalu perseroan membagikan dividen tunai hingga 30 persen dari laba bersih Tahun Buku 2021.
"Pada dasarnya struktur keuangan kami memang belum sehat, tetapi pada tahun lalu perusahaan tetap membagikan dividen dan kebijakan pembagian dividen tidak berlanjut di tahun ini," ujar Jetrinaldi.
Pada tahun ini, perseroan menargetkan laba lebih rendah dibanding 2022, sekitar 60 persen dari 2022 karena sebagaimana diketahui sejak kuartal ke-4 di 2022, Cina menerapkan kebijakan zero covid sehingga perusahaan berusaha mengantisipasi potensi masuknya Tinplate impor dari Cina ke pasar Tinplate domestik dengan harga yang murah.
Selain itu sebagaimana diketahui bahwa tahun 2023 adalah menjelang tahun politik sehingga diperkirakan akan mempengaruhi kondisi pasar secara umum termasuk pasar Tinplate.
Pada 2022, penjualan NIKL tercatat 255,35 juta dolar AS atau melonjak 21,17 persen (y-o-y).
Baca juga: Bank BJB Bagikan Dividen Rp 1,1 Triliun, Naik Jadi Rp 104,55 per Lembar Saham
Beban pokok penjualan NIKL di sepanjang 2022 tercatat sebesar USD235,75 juta atau meningkat 23,16 persen (y-o-y). Sehingga, laba bruto pada tahun lalu menjadi 19,6 juta dolar AS atau meningkat tipis sebesar 1,45 persen (y-o-y).
Sementara itu, laba sebelum pajak untuk Tahun Buku 2022 tercatat 9,15 juta dolar AS atau menurun 17,42 persen (y-o-y), terutama disebabkan oleh rugi selisih kurs yang melonjak 929,09 persen (y-o-y) menjadi 2,85 juta dolar AS.
Baca juga: Bank Mandiri Bagi Dividen Rp 24,7 Triliun, Investor Dapat Segini
Selain itu, penurunan laba sebelum pajak tersebut juga dikarenakan terjadinya kenaikan biaya keuangan di sepanjang 2022 yang mencapai 78,65 persen (y-o-y) menjadi 3,18 juta dolar AS. Serta, kenaikan beban lain-lain di 2022 menjadi 30,33 ribu dolar AS dari 7,45 ribu dolar AS di 2021.
Namun demikian, pada tahun buku 2022, NIKL hanya mencatatkan beban pajak penghasilan senilai 2,02 juta dolar AS atau menurun hingga 61,3 persen dibanding setahun sebelumnya yang mencapai 5,22 juta dolar AS.
Sehingga, NIKL bisa mencatatkan kenaikan laba bersih di 2022 sebesar 21,67 persen (y-o-y) menjadi 7,13 juta dolar AS.
Per 31 Desember 2022, total liabilitas NIKL tercatat meningkat menjadi 136,47 juta dolar AS dari 133,17 juta dolar AS pada 31 Desember 2021. Sedangkan, jumlah ekuitas hingga akhir Desember 2022 tercatat sebesar 59,9 juta dolar AS atau lebih tinggi dibanding per akhir Desember 2021 yang senilai 54,58 juta dolar AS.
Adapun anggaran belanja modal (capex) senilai 3,2 juta dolar AS, dimana sumbernya dari dana sendiri dan lembaga keuangan.