Sejarah Bisnis Tupperware: Dulu Berjaya Kini di Ambang Kebangkrutan karena Krisis Keuangan
Kinerja keuangan Tupperware turun tajam karena merosotnya permintaan wadah makanan oleh konsumen sejak pandemi mereda.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bisnis perusahaan pencipta wadah makanan Tupperware kini di ujung tanduk gara-gara krisis keuangan dan kalah bersaing di bisnis produk wadah makanan di dunia.
Kinerja keuangan Tupperware turun tajam karena merosotnya permintaan konsumen terhadap wadah makanan sejak pandemi mereda.
Selama beberapa tahun terakhir, penjualan produk alat dapur Tupperware gagal bersaing dengan pemain baru yang dinilai lebih kekinian dan terjangkau.
Alasan ini yang kemudian membuat konsumen muda mulai berpaling meninggalkan Tupperware. Meski pihak manajemen telah berusaha mati-matian untuk meningkatkan sisi penjualan.
Sejarah Awal Tupperware
Tupperware merupakan merek produk wadah makanan dan peralatan rumah tangga yang diciptakan oleh seorang insinyur kimia bernama Earl Tupper pada tahun 1946 di AS.
Earl Tupper yang telah berkecimpung di industri plastik selama bertahun-tahun. Sukses menemukan metode untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene menjadi plastik yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan dan tidak berbau.
Inovasi ini di gagas Earl Tupper untuk mengurangi limbah plastik, lantaran merek Tupperware didesain agar bisa dipakai berulang kali, sehingga bisa mengurangi pemakaian plastik sekali pakai yang berkontribusi merusak lingkungan.
Dengan keunggulan ini tak sedikit ibu – ibu yang memilih menggunakan Tupperware.
Popularitasnya yang sempat meledak bahkan membuat Tupperware memiliki nilai yang begitu berharga hingga beberapa tahun lalu sempat tersiar kabar apabila produk tersebut bisa digadaikan bila pemiliknya butuh dana segar.
Perjalanan Bisnis Tupperware
Meledaknya penjualan Tupperware beberapa dekade lalu, tak lepas dari upaya Brownie Wise yang menjadi tokoh penting dalam marketing Tupperware.
Wanita asal Amerika ini direkrut oleh Earl untuk mempopulerkan produk Tupperware melalui metode pemasaran langsung yang dikenal dengan istilah Tupperware Parties.
Baca juga: Bisnis Tupperware Sudah Meredup Sejak 2013: Penjualan Merosot, Harga Saham Ambles
Dengan menerapkan metode ini Wise biasanya akan mengundang para konsumen untuk melihat demonstrasi produk Tupperware, lewat cara ini Wise sukses menguasai pasar Amerika.
Akan tetapi sejak sepeninggalan Wise, pada tahun 1958 Earl Tupper mulai menjual Tupperware ke Rexall Drug Company.
Sayangnya penjualan Tupperware perlahan mulai mengalami kemerosotan ditengah membengkaknya beban utang.
Baca juga: Hadapi Krisis Finansial, Tupperware Terancam Gulung Tikar
Hingga akhirnya pada 2021, Tupperware memutuskan untuk memisahkan diri dari Newell Brands dan menjadi perusahaan publik yang independen bernama Tupperware Brands Corporation, seperti yang dikutip dari BBC.
Saat ini, tupperware telah dipasarkan di lebih dari 100 negara besar di dunia sebagai solusi wadah penyimpanan, penyajian, dan persiapan makanan ramah lingkungan.
Gagal Bersaing di Pasar Global
Sebelum dinyatakan gulung tikar, Tupperware sempat mengalami lonjakan penjualan selama dua tahun pertama pandemi covid-19, karena lockdown mendorong penjualan peralatan dapur hingga harga sahamnya melonjak menjadi 37 dolar AS.
Namun memasuki tahun 2022, produk wadah makanan yang telah menguasai pasar global selama 77 tahun, perlahan mulai gagal menarik pelanggan yang lebih muda.
Customer menilai produk Tupperware lebih kurang trendi bila dibandingkan dengan sejumlah merek lainnya, seperti migle atau Corkcicle. Alasan tersebut yang membuat Tupperware mulai kehilangan pangsa pasar.
“Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya,” kata Neil Saunders, analis ritel dan direktur pelaksana di Global Data Pengecer.
Tercatat selama 2022, perusahaan melaporkan kerugian dari operasi sebesar 28,4 juta dolar AS turun dari sekitar 152,2 juta. Sehingga penjualan bersih tahun lalu hanya dapat mencatatkan keuntungan 1,31 miliar dolar AS.
Tupperware Menjajaki Langkah Efisiensi
Mencegah terjadinya pembengkakan kerugian, Kepala eksekutif Tupperware Miguel Fernandez mengatakan perusahaan saat ini sedang mencari calon investor atau mitra pembiayaan. Mengingat saat ini cadangan likuiditas perusahaan tengah menghadapi kemerosotan.
Selain mengadakan penggalangan perusahaan juga turut mempertimbangkan langkah efisiensi, termasuk memangkas sejumlah pekerjaan dan meninjau portofolio real estat perusahaan.
Langkah ini diambil guna mengembalikan persedian kasnya dengan begitu Tupperware dapat kembali mendanai operasionalnya.