Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sejarah Tupperware, Kini Terancam Bangkrut, Saham Anjlok 90 Persen Selama 1 Tahun

Sejarah Tupperware yang kini terancam bangkrut, imbas saham anjlok hingga 90 persen selama setahun. Pada Senin (10/4/2023), saham anjlok 50 persen.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Sejarah Tupperware, Kini Terancam Bangkrut, Saham Anjlok 90 Persen Selama 1 Tahun
tupperware
Earl Tupper, ahli kimia yang menciptakan produk Tupperware sekaligus pendiri Tupperware pada tahun 1946 di Amerika Serikat. Berikut ini sejarah Tupperware, perusahaan yang terancam bangkrut karena krisis finansial. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini sejarah Tupperware, perusahaan yang terancam bangkrut setelah mengumumkan krisis finansialnya pada Senin (10/4/2023).

Sejarah Tupperware bermula pada 1942, saat Earl Tupper berhasil menemukan plastik yang tahan lama dan aman untuk menyimpan makanan, yang dijuluki Poly-T.

Pada 1946, ia mendirikan perusahaan Tupperware.

Tupperware menjadi topik menarik di majalah TIME karena dapat menahan hampir semua hal.

Awalnya, produk Tupperware tidak laku di toko, seperti diceritakan di laman Tupperware.

Beberapa sales yang menjual Stanley Home Products mulai melirik produk Tupperware dan memamerkan barang tersebut kepada ibu rumah tangga di Amerika di sebuah pesta 'Nyonya rumah' pada akhir 1940-an.

Chef Deny Gumilang memberikan pelatihan memasak saat acara Culinary Party di Jakarta, Sabtu (8/1/2022). Tupperware melalui perwakilan resminya Arlia Business Center memberikan pelatihan keterampilan dan penambahan skill ke 150 peserta yang bertujuan untuk menjadi enterprenure baru agar bangkit dari permasalah ekonomi yang terdampak dari pandemi. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Chef Deny Gumilang memberikan pelatihan memasak saat acara Culinary Party di Jakarta, Sabtu (8/1/2022). Tupperware melalui perwakilan resminya Arlia Business Center memberikan pelatihan keterampilan dan penambahan skill ke 150 peserta yang bertujuan untuk menjadi enterprenure baru agar bangkit dari permasalah ekonomi yang terdampak dari pandemi. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)
Baca juga: Bisnis Tupperware Sudah Meredup Sejak 2013: Penjualan Merosot, Harga Saham Ambles

Seorang wanita yang mulai menjual Tupperware secara mandiri adalah Brownie Wise.

Berita Rekomendasi

Brownie Wise adalah ibu rumah tangga dari Detroit, yang menjadi tuan rumah pesta.

Brownie Wise menawarkan Tupperware sebagai produk yang dapat menggantikan topi mandi untuk menutup makanan.

Pada 1950, Brownie Wise mendemonstrasikan Tupperware yang anti bocor, dengan tutup pengunci yang tidak bocor meski wadah dibalikkan.

Beberapa ibu rumah tangga kemudian membeli Tupperware yang dijual oleh Brownie Wise.

Tahun 1951, Brownie Wise mulai menjual Tupperware dengan mendatangi konsumen di Pesta Rumah, seperti dikutip dari How Stuff Works.

Mengingat langkanya pekerja wanita di tingkat korporat saat itu, Tupper menunjuk Brownie Wise sebagai general manager di divisi penjualan Tupperware.

Pada 1954, Brownie Wise mengubah Tupperware menjadi merek yang menarik bagi generasi wanita kelas menengah pascaperang.

Sekitar 20 juta orang Amerika di kota mulai bermigrasi ke desa dan memulai hidup sebagai ibu rumah tangga.

Brownie Wise mengakui, para ibu rumah tangga itu lebih dari sekadar pembeli karena mereka juga berperan sebagai tenaga penjualan melalui Pesta Rumah.

Brownie Wise, mantan general marketing Tupperware
Brownie Wise, mantan general marketing Tupperware (tupperware)

Sayangnya, pada 1958 hubungan Earl Tupper dan Brownie Wise memburuk.

Earl Tupper menolak penekanan produk Tupperware pada feminitas, meski sebagian besar produk Tupperware ditujukan untuk ibu rumah tangga.

Earl Tupper juga menolak gaya manajemen Brownie Wise.

Ia dan dewan Tupperware yang semuanya laki-laki, memecat Brownie Wise.

Di tahun yang sama, Earl Tupper memutus hubungan dengan perusahaan Tupperware dan menjualnya ke perusahaan Rexall Drug seharga 16 juta dolar, dan menjualnya ke Kosta Rika.

Tupperware yang sukses di Amerika Serikat, telah menghasilkan keuntungan setengah miliar dolar pada 1976.

Baca juga: Tupperware Terancam Bangkrut, Imbas Krisis Finansial, Saham Anjlok hingga 50 Persen

Penurunan Penjualan

Pada 1980, Dart Industries dan Kraft Inc. bergabung dengan Tupperware, untuk ekspansi penjualan ke luar negeri.

Namun, Tupperware mengalami penurunan penjualan hingga 15 persen dari pendapatannya, setelah muncul banyak kompetitor.

Penjualan terus menurun, turun 6 persen pada 1984 yaitu dari 827 juta dolar menjadi 777 juta dolar, dikutip dari TupperwareBrand.

Bahkan, pendapatannya anjlok 27 persen, menjadi 139 juta dolar.

Pada 1985, penjualan Tupperware turun lagi menjadi 762 juta dolar dan pendapatan turun menjadi 96 juta dolar.

Tupperware kemudian membawa tim manajemen yang baru pada 1985.

Saham Tupperware diperdagangkan pada $1,30 pada Selasa pagi, 11 April 2023. Harga ini turun 48 persen dari satu minggu lalu, dan turun 93 persen dari satu tahun lalu.
Saham Tupperware diperdagangkan pada $1,30 pada Selasa pagi, 11 April 2023. Harga ini turun 48 persen dari satu minggu lalu, dan turun 93 persen dari satu tahun lalu. (Tupperware Indonesia)

Kepemimpinan yang Baru

K. Douglas Martin mengambil alih sebagai Presiden Tupperware USA, dan Dart dan Kraft menunjuk William L. Jackson bergabung dengan kepemimpinan Tupperware.

William L. Jackson kemudian melakukan inovasi produk baru melalui iklan, selain mengatasi masalah internal dan pekerja.

Produk-produk baru berhasil membantu meningkatkan penjualan pada 1980-an.

Penjualan Tupperware di luar negeri menyumbang lebih dari separuh pendapatan perusahaan pada 1992, meski penjualan di Amerika merosot.

Pada 1996, Tupperware membuka hampir 100 situs web untuk penjualan secara online.

Namun, Tupperware kemudian menutup sebagian besar situs hingga menyisakan enam situs, karena metode penjualan online dianggap kurang sesuai perusahaan.

Tupperware
Tupperware (tupperware)

Baca juga: Hadapi Krisis Finansial, Tupperware Terancam Gulung Tikar

Krisis dan Inovasi

Pada 1997, krisis di Asia Timur Jauh memengaruhi penjualan Tupperware.

Laba turun dari $1,37 miliar pada 1996 menjadi $1,23 miliar pada tahun 1997.

Pendapatan anjlok 53 persen, dari $175 juta pada 1996 menjadi $82 juta pada tahun 1997.

Tupperware berharap perluasannya ke India, Rusia, dan China pada 1997 akan mengimbangi kerugian penjualan.

Tahun 1998, pendapatan menurun menjadi $1,1 miliar, penurunan sebesar 21 persen.

Untuk mengatasi penurunan di Amerika Serikat dan internasional, Tupperware memperkenalkan produk baru seperti produk anak-anak dan peralatan dapur kecil.

Selain itu, konsumen juga dapat membeli perlengkapan seperti celemek, sisipan undangan, kaset pelatihan video, dan audio.

Tahun 2000-an, Tupperware mengalami persaingan yang ketat dengan produk serupa yang lebih murah seperti GladWare dan Ziploc.

Pada 2003-2005, Tupperware melakukan PHK pada karyawannya.

Tupperware kemudian kembali berinovasi dengan mengeluarkan produk milenial.

Mereka mulai mengeluarkan produk-produk kecantikan untuk mengimbangi pendapatan yang menurun.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Tupperware

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas