Harga Pasaran Tinggi Jadi Penyebab Serapan Gabah dan Beras Bulog Masih Rendah
Hingga 15 April 2023, stok beras di Bulog hanya 280 ribu ton, jauh dari stok ideal sebesar 1,2 hingga 1,5 juta ton.
Editor: Hendra Gunawan
Gabah petani disetor ke mereka. Meski demikian, kata Yayat, Bulog dengan jejaring kantor wilayah di berbagai daerah akan berupaya mengoptimalkan penyerapan dari dalam negeri.
Sementara itu Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional(Bapanas), I Gusti Ketut Astawa, mengatakan Bulog sebetulnya punya pilihan membeli gabah dengan skema komersial.
Akan tetapi, kata dia, langkah tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar harga gabah dan beras di pasar tidak semakin tinggi.
Baca juga: Beras Sudah, Pemerintah Segara Salurkan Bansos Pangan Telur dan Daging Ayam
"Ini tentu tidak kita kehendaki," kata dia.
Tingginya harga gabah saat ini, lanjut Ketut, tidak lepas dari surplus yang tidak besar. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Bapanas, surplus sepanjang tahun ini diproyeksikan hanya sekitar 1,38 juta ton, sedikit lebih tinggi dari surplus tahun lalu 1,34 juta ton.
Namun, surplus jauh lebih kecil jika dibandingkan tahun 2018 4,7 juta ton. Angka surplus ini hanya menghitung perkiraan produksi dikurangi konsumsi.
Untuk memastikan Bulog kompetitif di pasar, kata Ketut, Bapanas telah menaikkan HPP. Selain gabah, HPP beras di gudang Bulog juga dinaikan dari Rp8.300 per kg menjadi Rp9.950 per kg. Penyerapan belum juga besar, kata Ketut, karena ada sejumlah faktor.
Pertama, kata Ketut, sebagian besar penggilingan tak memiliki stok saat panen 2023. Di sisi lain, mereka harus tetap melayani jejaring distribusi.
"Bisa dibilang mereka sebagai price maker. Tapi itu untuk menjaga operasional penggilingan tetap berjalan dan pelayanan terhadap jejaring distribusi tetap terlayani," kata Ketut.
Kedua, sebagian stok padi disimpan para rumah tangga petani atau produsen. Di Lombok, kata Ketut, 30% produksi gabah disimpan petani. Sementara di Bangli, Bali, 40% gabah dikonsumsi sendiri oleh petani.
"Petani tidak menjual 100% produksi mereka," kata dia.
Faktor ketiga, prognosis neraca beras nasional yang surplus 1,38 juta ton oleh Bapanas belum memasukkan kebutuhan cadangan pangan.
Kalau kebutuhan cadangan beras nasional diperhitungkan, kata Ketut, produksi tahunan masih kurang walaupun ada carry over.
Namun, diakui Ketut, produksi beras tiap tahun masih surplus setelah dikurangi konsumsi.