Penerbitan Obligasi Hijau Rp 5,8 Triliun Dinilai Jadi Sentimen Positif Pertamina Geothermal Energy
PGE terbitkan obligasi. kebutuhan investasi di panas bumi itu cukup mahal, sehingga penerbitan obligasi hijau langkah positif.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menerbitkan obligasi hijau atau green bond sebesar 400 juta dolar AS atau sekitar Rp5,88 triliun (kurs Rp14.706 per dolar AS).
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), obligasi hijau ini memiliki bunga 5,15 persen per tahun dan jatuh tempo pada 2028.
Tim Ahli Menteri Investasi/Kepala BKPM Anggawira menilai, diketahui kebutuhan investasi di panas bumi itu cukup mahal, sehingga penerbitan obligasi hijau langkah positif.
Baca juga: Pengamat Pasar Modal: Ketidakpastian Penyerapan Surat Utang Bayangi Pertamina Geothermal Energy
"Green bond ini adalah solusi yang cerdas dan layak diapresiasi bagi perusahaan," ujar Anggawira ditulis Jumat (28/4/2023).
Sebelumnya manajemen PGEO telah melakukan rangkaian virtual roadshow untuk menawarkan green bond yang nantinya diterbitkan dalam mata uang USD. Target marketnya adalah investor asing.
Baca juga: Tahun Ini, Pertamina Geothermal Energy Anggarkan Belanja Modal Sebesar 250 Juta Dolar AS
Langkah ini menjadi terobosan karena PGEO menjadi anak usaha pertama dari PT Pertamina yang menerbitkan green bond secara global.
Anggawira yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara Indonesia (Aspebindo), optimistis langkah penerbitan green bond ini bakal mendapat sambutan bagus dari investor global.
"Saat ini tren pemenuhan energi di dunia telah mulai beranjak menuju penggunaan jenis-jenis sumber energi baru terbarukan (EBT) dan berkelanjutan. Jadi saya rasa ini terobosan yang sangat bagus," ujarnya.
Lebih lanjut terobosan semacam ini juga sudah pernah dilakukan. Di antaranya sudah terbukti pada penerbitan green bond yang sebelumnya dilakukan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
"Saya yakin responnya akan sangat bagus, karena tren di level global juga lebih mengarah ke green financing, sehingga saya menilai ini sudah merupakan langkah yang tepat," tutur Anggawira.
Anggawira juga meyakini penerbitan green bond ini bakal menjadi sentimen positif atas pergerakan saham PGEO yang dalam beberapa waktu terakhir cukup tertekan.
Baca juga: Pertamina Geothermal Energy Mulai Bukukan Pendapatan dari Perdagangan Karbon
Anggawira menilai bahwa tekanan yang ada saat ini dapat terjadi lantaran publik atau investor domestik masih belum begitu memahami kondisi dan peta industri energi nasional secara luas.
Ia berharap ada upaya edukasi dan penyebaran informasi yang lebih massif kepada masyarakat tentang kiprah PGEO di industri, sekaligus besarnya potensi yang dimiliki ke depan.
"Karena tekanan itu saya yakin terjadi lebih karena investor domestik belum terlalu paham besarnya potensi yang dimiliki PGEO ke depan. Jadi lebih pada informasi yang harus disebar dengan lebih baik. Karena secara fundamental perusahaan Saya melihat sama sekali tidak ada masalah. Masih sangat menjanjikan," papar Anggawira.