Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengamat Pasar Modal: Ketidakpastian Penyerapan Surat Utang Bayangi Pertamina Geothermal Energy

Apabila kupon obligasi yang akan dipakai untuk bayar utang itu lebih besar dari bunga utangnya sendiri, PGEO rugi dalam penerbitan global bonds ini

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Pengamat Pasar Modal: Ketidakpastian Penyerapan Surat Utang Bayangi Pertamina Geothermal Energy
Istimewa
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) 

Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berencana menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds yang bakal digunakan untuk membayar utang kembali (refinancing).

Pengamat pasar modal Raditya Krisna Pradana menilai setidaknya ada dua risiko yang akan dihadapi PGEO atas rencana tersebut.

Pertama perseroan akan menghadapi ketidakpastian apakah obligasi yang ditawarkan berhasil diserap semua atau tidak.

Pasalnya, kata Raditya, jumlah kebutuhan dana yang ingin diperoleh dari penerbitan obligasi ini cukup besar, yakni senilai 400 juta dolar AS atau sekitar Rp6 triliun.

Apalagi dana tersebut harus didapatkan dalam waktu yang singkat.

“Dibilang singkat karena akan digunakan sebagai refinancing utang yang akan jatuh tempo pada Juni tahun ini, hanya sekitar satu bulan,” kata Raditya kepada wartawan, Kamis (27/4/2023).

BERITA REKOMENDASI

Kedua, lanjut Raditya, PGEO akan sulit mendapatkan kupon obligasi yang lebih rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman sebelumnya. Mengingat kondisi ekonomi global saat ini punya banyak tantangan likuiditas.

Jika dihitung, mengacu pada LIBOR rate 3 bulan 2021 hanya sekitar 0,16 persen dan ditambah marjin terbesar pada perjanjian fasilitas per 23 Juni 2021 sebesar 0,7 persen, maka bunga pinjaman PGEO saat itu tidak lebih dari 3 persen. Sedangkan bunga kupon green bonds yang akan dirilis PGEO kali ini sebesar 5,15 persen per tahun.

Beban bunga yang dikenakan atas perjanjian pada saat itu adalah LIBOR 3 bulan ditambah marjin dan dibayarkan pada akhir periode bunga, di mana marjin untuk bulan 1-12 sekitar 0,5 persen untuk offshore dan 0,6 persen untuk onshore. Sementara marjin untuk bulan 19-24 sekitar 0,6 - 0,7 persen.

“Apabila kupon obligasi yang akan dipakai untuk bayar utang itu lebih besar dari bunga utangnya sendiri, bisa dibilang PGEO rugi dalam penerbitan global bonds ini,” kata Fundamental Analyst PT Kanaka Hita Solvera ini.

Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), PGEO mengumumkan rencana penerbitan green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar 400 juta dolar AS atau sekitar Rp6 triliun. Kupon dalam obligasi ini sebesar 5,15 persen per tahun yang jatuh tempo pada 2028.


Perseroan memang tengah mengejar dana jumbo untuk membayar sisa utang sekitar Rp6 triliun dalam fasilitas kredit berupa bridge loan yang akan segera jatuh tempo dalam waktu dekat ini. Fasilitas kredit ini dirilis pada Juni 2021 lalu dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai facility agent.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas