Peringatan May Day, Buruh Singgung Maraknya PHK di Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia
Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menyinggung maraknya PHK yang terjadi di industri tekstil
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menyinggung maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di industri tekstil dan produk tekstil atau TPT, yang marak terjadi dalam beberapa waktu belakang.
Presiden KSPN, Ristadi mengatakan, PHK yang terjadi imbas turunnya permintaan produk-produk TPT.
Namun, ia enggan membeberkan secara rinci merek-merek atau brand tekstil yang dimaksud.
Baca juga: 50 Ribu Buruh Serbu Istana Hari Ini, Serukan 7 Tuntutan May Day
"Kalau brand internasional itu menyetop pemesanan baju atau stok (dari pabrik Indonesia), katanya stok mereka sudah cukup," ucap Ristadi saat ditemui pada agenda aksi unjuk rasa buruh di kawasan Patung Kuda Jakarta, Senin (1/5/2023).
"Kemudian besoknya pekerja dirumahkan atau bahkan di PHK. Kan pekerja atau karyawan enggak tau apa-apa, enggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ada yang PHK," sambungnya.
Ristadi pun mendorong pemerintah untuk dapat memberikan solusi sekaligus kebijakan yang membela para pekerja dan industri sektor TPT.
Terlebih diketahui, industri TPT merupakan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Baca juga: Buruh Bakal Gugat UU Cipta Kerja ke Mahkamah Konstitusi, Yakin Akan Dikabulkan
"Maka pemerintah harus sigap dengan adanya situasi ini, sebab industri tekstil ini padat karya yang paling banyak menyerap tenaga kerja Indonesia, ada jutaan. Beda dengan padat modal, ini harus jadi perhatian serius Pak Jokowi," pungkasnya.
Terdampak
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita telah mengidentifikasi industri tekstil dan produk turunan tekstil (TPT) yang terdampak paling besar terhadap kondisi ekonomi global. Industri tekstil tengah terancam penutupan dan PHK.
"Itu sejak awal kita sudah identifikasi dengan sektor TPT, tekstil dan produk turunan tekstil, karena banyak hal,” jelas Agus Gumiwang, Sabtu, 8 April 2023 silam.
Baca juga: VIDEO Selain Dengarkan Tuntutan, Pengusaha Tidak Larang Buruh Ikut Aksi May Day
Salah satu penyebabnya, kata Agus, yaitu serangan produk-produk impor terutama impor produk bekas serta pelemahan ekonomi dunia yang berimbas pada melemahnya pasar luar negeri.
"Misal serangan produk-produk impor. Apalagi impor barang bekas dan melemahnya pasar luar negeri yang selama ini pasar produk ekspor kita," terang Politisi Partai Golkar ini.
Ribuan Karyawan di-PHK
Dia menegaskan, penutupan industri di bidang tekstil seperti tutupnya PT Tuntex Garment Indonesia, di Cikupa, Kabupaten Tangerang, yang menyebabkan 1.163 karyawannya ter-PHK, juga karena persoalan melemahnya daya beli asing.
"Industri tekstil seperti kita ketahui memang sedang ada masalah di market. Market luar negeri memang sedang terpukul, tentu kinerja industri tekstil terganggu. Dan saya sudah memonitor ke beberapa pabrik yang sudah tutup dan menyatakan akan segera tutup," ucap dia.
Atas kondisi itu, pihaknya mengaku akan mencari cara agar industri-industri padat karya seperti tekstil dan produk turunan tekstil di Indonesia bisa kembali bergairah.
"Kita akan lartas (larang dan pembatasan) salah satu upaya menekan impor," jelas Agus Gumiwang.