Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Asia Dilanda Gelombang Panas, Termasuk Indonesia, Jadi Peluang untuk Batu Bara?

Indonesia masuk dalam daftar dengan suhu 33 hingga 34 derajat celcius dan beberapa wilayah lainnya berada di atas suhu tersebut

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Asia Dilanda Gelombang Panas, Termasuk Indonesia, Jadi Peluang untuk Batu Bara?
Bloomberg
Lokasi penambangan batu bara milik PT Bukit Asam 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, ramai diberitakan bahwa wilayah Asia Selatan tengah dilanda gelombang panas.

Di mana, Indonesia masuk dalam daftar dengan suhu 33 hingga 34 derajat celcius dan beberapa wilayah lainnya berada di atas suhu tersebut hingga mencapai lebih dari 50-an derajat celcius.

Baca juga: Permintaan Batu Bara Meningkat, Keuntungan Hasnur Internasional Shipping Naik 231 Persen




Hanya saja, BMKG mengatakan, bahwa fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan ini tidak masuk dalam kategori gelombang panas melihat karakteristik fenomena dan pengamatan suhu, melainkan adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

"Tetap saja, cuaca ekstrim yang tengah terjadi di wilayah Asia, memberikan peluang terhadap demand ekspor batu bara terutama dari India yang merupakan importir utama dalam negeri," ujar dia melalui risetnya, Rabu (3/5/2023).

Meski demikian, India juga terpantau sudah meningkatkan produksi batu baranya dan lebih tertarik pembelian batu bara dengan harga diskon dari Rusia.

"Kami memandang fenomena tersebut tidak begitu berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor batu bara dalam negeri," katanya.

BERITA TERKAIT

Pada saat sama, sektor batu bara dalam negeri tengah diselimuti beberapa sentiment seperti penurunan ASP batu bara seiring dengan peningkatan pasokan, kenaikan biaya produksi imbas kenaikan harga minyak, pajak dan kenaikan tarif royalti.

Baca juga: China Mau Impor Batu Bara Australia, Sektor Energi Ambruk 4 Persen Bikin IHSG Longsor

Tak hanya itu, kenaikan biaya peledak juga mengalami kenaikan tinggi dan rencana BLU batu bara juga diganti skemanya dengan MIP atau Mitra Instansi Pengelola.

Di mana, skemanya mirip dengan BLU melihat tujuannya yang sama yaitu skema pungut-salur dalam meminimalkan disparitas harga yang terjadi dan kemanan pasokan batu bara dalam negeri.

"Namun, aturan tersebut tengah mengalami penundaan dengan target berjalan pada Semester I 2023. Hanya saja, sektor batu bara yang dilihat sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang cukup murah dan mendominasi pasar, disinyalir dengan optimis akan tutup pada 2050," pungkas Nico.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas