FAO: Harga Pangan Dunia Naik Lagi
FAO PBB melaporkan pada Jumat lalu bahwa harga pangan global naik pada April lalu untuk pertama kalinya dalam setahun.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan pada Jumat lalu bahwa harga pangan global naik pada April lalu untuk pertama kalinya dalam setahun.
Indeks harga yang melacak komoditas makanan yang paling diperdagangkan secara global, rata-rata 127,2 poin bulan lalu, dibandingkan dengan 126,5 poin untuk bulan Maret 2023.
“Rebound kecil pada FFPI (FAO Food Price Index) pada April dipimpin oleh kenaikan tajam pada indeks harga gula, bersamaan dengan kenaikan pada indeks harga daging, sementara indeks harga sereal, produk susu dan minyak sayur terus turun," kata FAO.
Baca juga: Peneliti UI: Perlambatan Inflasi Terjadi Setelah Naik Besar-besaran karena Perang Rusia
Menurut laporan tersebut, indeks harga gula melonjak 17,6 persen dari Maret 2023, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2011.
Kenaikan tersebut dilaporkan terkait dengan kekhawatiran atas pasokan yang lebih ketat, menyusul revisi turun perkiraan produksi untuk India dan China, bersama dengan perkiraan produksi yang lebih rendah dari output yang diharapkan di Thailand dan Uni Eropa (UE).
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (8/5/2023), indeks harga daging naik 1,3 persen dari Maret 2023, sementara harga susu turun 1,7 persen, harga minyak nabati juga turun 1,3 persen, menandai penurunan bulanan kelima berturut-turut.
Indeks harga sereal turun 1,7 persen, dengan penurunan harga dunia untuk semua biji-bijian utama melebihi kenaikan harga beras.
Baca juga: Gegara Inflasi, Adopsi Bitcoin di Turki dan Argentina Melesat Naik Lebih dari 20 Persen
"Kenaikan harga beras sangat mengkhawatirkan dan inisiatif Laut Hitam perlu diperbaharui untuk menghindari lonjakan gandum dan jagung lainnya," kata Kepala Ekonom FAO Maximo Torero.
Laporan FAO menunjukkan harga gandum internasional turun 2,3 persen pada April lalu ke level terendah sejak Juli 2021, terutama didorong oleh ketersediaan ekspor yang besar di Rusia dan Australia.
Sementara itu, Torero memproyeksikan bahwa saat ekonomi global 'pulih dari perlambatan yang signifikan, permintaan akan meningkat, memberikan tekanan pada harga pangan'.