El Nino Ancam Produksi Pertanian, Bank Indonesia Jaga Inflasi, Pemda Diminta Perkuat Cadangan Pangan
Meskipun tingkat inflasi di Indonesia saat ini mulai melandai, pengaruh perubahan iklim terhadap harga komoditas pangan patut diwaspadai.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Sehingga, sambung Sujarwo, baik masyarakat sebagai konsumen maupun petani sebagai produsen, tidak menjadi lebih baik keadaannya akibat efek yang ditimbulkan El Nino tersebut.
"Ini artinya, secara keseluruhan efek El Nino akan mengancam kesejahteraan masyarakat," tegasnya.
Maka, kata Sujarwo, langkah pemerintah untuk mengantisipasi persoalan ini sudah cukup tepat, dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) yang memiliki peranan penting. Dimulai dari program yang saat ini terus dijalankan untuk atasi kekeringan seperti pembangunan embung, waduk, rehabilitasi irigasi, hibah pompa hingga asuransi pertanian.
"Adanya waduk atau embung adalah hal yang baik dalam meningkatkan daya tampung permukaan atas air hujan yang turun. Rehabilitasi saluran irigasi juga penting, karena meningkatkan efektifitas dan efisiensi distribusi air sehingga tidak banyak yang hilang dalam pendistribusian air ke lahan-lahan pertanian," paparnya.
Sementara, lanjut Sujarwo, untuk program Asuransi Pertanian adalah suatu hal yang lain. Asuransi pertanian adalah upaya memitigasi atas risiko dihadapi yang berpotensi pada kehilangan yang besar.
Maka, petani yang peduli atas hasil usaha taninya akan cenderung membeli asuransi untuk menjaga agar potensi kehilangan tidak terlalu besar.
"Hal ini dikarenakan adanya coverage dari asuransi atas kegagalan produksi yang sangat mungkin terjadi. Apa-apa yang dilakukan pemerintah itu sangat baik dalam upaya mitigasi potensi negatif El Nino," kata Sujarwo.
Sementara itu dari sisi lain seperti teknologi produksi, Kata Sujarwo, tentu terus diupayakan jenis-jenis tanaman yang mampu bertahan pada siutasi air rendah.
Menurutnya, Inovasi menjadi kunci untuk perbaikan Teknik budidaya pada berbagai lingkungan yang berbeda.
"Selain itu, tentu menjadi penting untuk mengembangkan teknologi produksi berbasis laboratorium terkontrol (precision agriculture) dan penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk membangun system produksi sustainable tanpa pengaruh lingkungan luar dan perubahan cuaca," Jelas Sujarwo.
Oleh karena itu, sebagai negara tropis, lanjut Sujarwo, pertanian konvensional membawa keberkahan tersendiri dengan sistem produksi yang sederhana dan daya dukung produksi yang melimpah, sehingga memungkinkan biaya produksi yang jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem produksi berbasis AI dan laboratorium terkontrol.
"Namun demikian, ancaman climate change dan hama penyakit yang semakin tinggi, maka alternatif-alternatif sistem produksi dikembangkan, salah satunya precision agriculture – berbasis laboratorium terkontrol, menjadi alterlatif perlu dikembangkan secara bertahap dan berkesinambunga. Hadirnya anak-anak muda pertanian yang melek teknologi menjadi titik kritis dalam hal ini," pungkasnya.
Antisipasi Bersama
Kementerian Pertanian (Kementan) meminta kepada seluruh jajarannya untuk melakukan berbagai antisipasi menghadapi El Nino 2023.