Mata Uang Lira Turki Kembali Tergelincir ke Rekor Terendah Pasca Kemenangan Erdogan
Mata uang lira Turki kembali merosot ke level terendah, memperpanjang penurunan setelah terpilihnya kembali pemimpin petahana Recep Tayyip Erdogan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Mata uang lira Turki kembali merosot ke level terendah pada Selasa (30/5/2023), memperpanjang penurunan setelah terpilihnya kembali pemimpin petahana Recep Tayyip Erdogan.
Dilansir dari CNBC, mata uang lira Turki terakhir diperdagangkan di angka 20,15 melawan greenback sekitar pukul 05:00 pada Selasa (30/5/2023) pagi waktu London, melampaui posisi terendahnya pada Senin (29/5/2023). Di awal sesi, sempat melemah ke level 20,2 terhadap dolar AS.
Lantas, hal tersebut membuat mata uang lira Turki telah kehilangan lebih dari 7 persen nilainya terhadap dolar AS sejak awal tahun ini.
Baca juga: Mata Uang Lira Merosot ke Rekor Terendah Saat Erdogan Terpilih Kembali Jadi Presiden Turki
“Jika langkah besar melemahkan mata uang lira, dan potensi krisis ekonomi sistemik ingin dihindari, Erdogan perlu bergerak cepat dan menunjuk seseorang seperti Simsek sebagai tokoh ekonomi,” kata Timothy Ash, Senior EM Sovereign Strategist dari BlueBay Asset Management.
Mehmet Simsek merupakan mantan menteri keuangan Turki yang dikenal karena kebijakannya yang ramah pasar. Dia kemudian menjadi wakil perdana menteri negara itu dari 2015 hingga 2018.
“Pertanyaannya adalah apakah orang seperti itu akan memiliki kebebasan yang cukup untuk membuat perubahan kebijakan ekonomi yang diperlukan, seperti kenaikan suku bunga,” sambung Ash.
Sebagaimana diketahui, Turki sendiri telah menekankan pertumbuhan dan persaingan ekspor daripada menjinakkan inflasi. Hal tersebut telah terlihat dari kebijakan Erdogan selama ini yang menolak kenaikan suku bunga untuk mendinginkan inflasi.
“Ada ekspektasi luas bahwa mata uang lira akan melemah dalam beberapa bulan mendatang,” ungkap Steven Englander dari Standard Chartered Bank.
“Banyak masalah yang akan dihadapi Erdogan terutama terkait perekonomian setelah dia terpilih kembali menjadi presiden Turki,” tambahnya.
Baca juga: Kemenangan Erdogan menyisakan polarisasi di masyarakat Turki
Sementara itu, analis Goldman Sachs mengatakan fokus pasar akan terus tertuju pada cadangan devisa bank sentral dan mata uang lira Turki pasca kemenangan Erdogan.
“Cadangan internasional terus turun sejak awal tahun dan mendekati level sebelumnya ketika volatilitas mata uang lira Turki meningkat tajam,” pungkas analis itu.