Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kawasan Budi Daya Udang di Waingapu Terintegrasi dari Hulu ke Hilir, Telan Anggaran Rp 7,5 Triliun

KKP menjanjikan sebuah kawasan budidaya udang vaname baru yang terintegrasi dari hulu ke hilir di Wingapu, Nusa Tenggara Timur.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
zoom-in Kawasan Budi Daya Udang di Waingapu Terintegrasi dari Hulu ke Hilir, Telan Anggaran Rp 7,5 Triliun
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjanjikan sebuah kawasan budidaya udang vaname baru yang terintegrasi dari hulu ke hilir di Wingapu, Nusa Tenggara Timur.

Diketahui, KKP tengah menggarap proyek budidaya udang di atas lahan seluas 1.800 hektar di Waingapu. Saat ini, progresnya sedang dalam proses lelang kontraktor.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan budidaya ini akan berbeda dengan yang ada di Kebumen.

Baca juga: KKP Minta Masyarakat Tak Berprasangka Buruk Soal Ekspor Pasir Laut: Ini Menjaga Laut Tetap Sehat

"Jad, Waingapu itu sedikit berbeda dengan yang di Kebumen. Kalau Kebumen kan berbasis kawasan, hanya on farm-nya saja. Namun, yang di Waingapu terintegrasi. Semua konsep budidaya itu pendekatan keekonomiannya dari hulu ke hilir ada," kata Haeru kepada wartawan di kawasan Batu Ampar, Batam, Jumat (9/6/2023).

Untuk di hulunya, akan ada tempat pembenihan udang (hatchery). Sedangkan di hilirnya ada cold storage, serta fasilitas lainnya.

"Dengan luas 1.800 hektar ini, tidak hanya untuk on farm saja, tetapi ada juga untuk di hulunya ada hatchery dan pakan. Kemudian, di hilir ada pabrik es, cold storage-nya, pabrik styrofoam, dan fasilitas pendukung lainnya," ujar Haeru.

Berita Rekomendasi

Alasan di balik kawasan budi daya ini dibuat jadi terintegrasi, kata dia, karena ingin menekan efisiensi sehingga aktivitas bisnis akan berjalan baik.

Baca juga: KKP Segel 20 Ton Ikan Salem Impor di Batam Karena Tak Beredar Sesuai Peruntukan

"Kenapa harus terintegrasi? Konsep dasarnya pemikiran sederhana. Supaya kita bisa menekan efisiensi. Kalau menekan efisiensi, maka aktivitas bisnis akan berjalan baik," kata Haeru.

Oleh karena itu, ia memastikan proses distribusi setelah panen telah terjamin pembelinya karena KKP akan menjalin kerja sama dengan asosiasi dan eksportir.

"Kita banyak networking ke asosiasi kan. Kita ajak semua, bahkan eksportir kita undang untuk bisa memanfaatkan itu," ujar Haeru.

Kini, proyek dengan anggaran Rp 7,5 triliun ini sedang dalam proses lelang tender. Diharapkan dapat rampung dalam satu hingga dua bulan ke depan.

"Prosesnya sedang lelang. Mudah-mudahan bisa selesai dalam 1-2 bulan ini. Selanjutnya kita tau siapa yang jadi kontraktornya. Perencanaan dan pekerjaan jadi satu kesatuan agar tidak ada kesalahan," kata Haeru.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas