Menteri Teten Sarankan Para Pengusaha Bakpia Pathuk Bersatu Jadi Koperasi untuk Melantai di Bursa
Pengusaha bakpia pathuk agar bersatu menjadi sebuah koperasi sehingga memiliki valuasi yang besar, kemudian melantai di bursa.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyarankan suatu hal kepada para pengusaha bakpia pathuk di Yogyakarta.
Ia menyarankan agar mereka bersatu menjadi sebuah koperasi agar memiliki valuasi yang besar, kemudian melantai di bursa.
Hal itu ia sampaikan dalam Konferensi Pers Launching Perayaan Hari UMKM Nasional Tahun 2023 yang disiarkan secara daring, Rabu (14/6/2023).
Baca juga: Mudahkan UMKM Raih Pembiayaan Bank, Menteri Teten Hubungkan Para Pelaku ke Rantai Pasok Industri
"Di Yogyakarta itu kan (pengusaha) bakpia pathuk kalau sendiri-sendiri susah, tetapi kalau gabung misalnya berkoperasi, kemudian punya brand bersama, itu valuasi bisnisnys besar. Asetnya besar sehingga mereka bisa langsung melantai (di bursa)," kata Teten.
Saran tersebut ia kemukakan lantaran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang melantai di bursa masih sedikit.
"Sejak dibuka papan akslerasi di Bursa Efek Indonesia tahun 2020, itu baru 33 UMKM yang melantai di bursa. Masih kecil (jumlahnya)," ujar Teten.
Menurut eks Kepala Staf Kepresidenan itu, pelaku UMKM di Indonesia cenderung lebih gemar berusaha sendiri-sendiri.
"Kita ini cenderung sendiri-sendiri. Punya-punyaan brand sendiri. Padahal kapasitas produksi terbatas dan sebagainya," kata Teten.
Sebagai informasi, KemenKopUKM telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mempercepat UMKM melantai di Bursa.
"Pasar modal dengan papan akselerasi sangat bagus, tapi yang perlu kita bangun ekosistem bisnisnya," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Lebih lanjut, dirinya bercerita saat melakukan kunjungan ke Korea Selatan, pelaku usaha bisa dengan mudah dapat pendanaan dengan syarat.
"Saya kemarin dari Korea itu, startup-startup di sana kalau sudah dapat sertifikasi teknologi, dia akan bisa akses modal cukup besar dan akses perbankan tanpa harus gunakan kolateral. Jadi, ada kebijakan pemerintah yang tepat dan asosiasi bisnis kredibel, di sini masih kurang, berpuluh-puluh tahun struktur ekonomi kita berat di mikro," kata Teten.
Sementara di Korea, pelaku usaha mikro memang ada yang dengan pembiayaan mandiri, tapi sebagian besar menjadi rantai pasok industri.
Dia berharap di Indonesia, pelaku usaha kecil bisa cepat naik kelas jadi menengah dan melakukan penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) di BEI.
"Di Korea, yang mandiri sudah di setup sebagai industri, jadi mereka bertumbuh kembang dengan mudah. Saya kira ini akan mempercepat papan akselerasi yang kecil-kecil ini agar IPO, IDX Incubator perlu kita berdayakan semakin banyak, saat ini baru 33 (UKM) dari 800 lebih (emiten) atau sekira 4 persen UKM yang IPO," pungkasnya.