Tahun Politik, Industri Makanan dan Minuman Diprediksi Tumbuh 6 Persen
Pada kuartal 1 2023 industri makanan dan minuman sudah mencapai 5,3 persen, lebih tinggi dari tahun lalu yang 4,9 persen.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia akan melakukan pemilihan umum presiden pada Februari 2024. Momen ini disebut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) bisa menjadi berkah bagi industri makanan dan minuman (Mamin).
Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman, mengatakan pihaknya sangat yakin pertumbuhan Mamin tahun ini akan sangat bagus, dimana pada kuartal 1 2023 sudah mencapai 5,3 persen, lebih tinggi dari tahun lalu yang 4,9 persen.
"Periode politik atau pemilu ini menjadi berkah dari industri Mamin, karena banyak acara atau kegiatan yang dilakukan baik oleh partai maupun individu caleg dan lain sebagainya, sehingga setiap acara maupun perjalanan butuh makanan dan minuman. Kita harapkan bisa mendorong," tutur Adhi S. Lukman usai acara Kick Off Pendampingan Industri 4.0 Mamin, di Kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (18/7/2023).
Baca juga: Sempat Terpukul Saat Pandemi, Menkeu Sri Mulyani Sebut Sektor Transportasi dan Mamin Mulai Pulih
Pertumbuhan maksimal industri Mamin diprediksi bisa mencapai angka 6 persen, asal situasi politik kondusif dan tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kita yakin ini menjadi pendorong, juga selain endemi. Dengan pertumbuhan ekonomi kita stabil masih di atas 5 persen ini juga menjadi pendorong industri Mamin bisa kembali ke normal. Saya berharap harusnya bisa di atas 6 persen, perkiraan kita 5-7 persen, tapi kita harap masih bisa di 6 persen. Lebih bagus dibanding tahun lalu yang 4,9 persen," ungkapnya.
Selanjutnya, yang menjadi perhatian ialah kenaikan harga gula industri. Dimana yang paling berdampak ialah sektor IKM Mamin.
"Kebetulan bulan ini sedikit mereda kenaikan harganya, mudah-mudahan kenaikan tidak berlanjut. Tetapi ancaman masih ada, karena dampak El Nino ini besar sekali. Apalagi kalau penanaman tebu itu 10 bulan, pengaruhnya di tahun depan. Ini harus kita antisipasi," jelasnya.
Adhi menyebut, kebanyakan industri besar tidak menaikkan harga, karena industri besar sudah memiliki kontrak jangka panjang dengan pemasok dan ini menjadi suatu keunggulan.
"Tetapi teman kita yang IKM mengalami kendala, karena daya tahan industri rendah, stok tidak sebanyak industri besar hanya harian atau mingguan. Jadi sudah ada yang menaikan harga dan mengurangi size," jelasnya.