Harga Telur dan Daging Ayam Melonjak, Kepala Bapanas: Biaya Produksi Naik
Bapanas mengatakan, kenaikan harga telur dan daging ayam merupakan dinamika yang tidak bisa dihindari.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, kenaikan harga telur dan daging ayam merupakan dinamika yang tidak bisa dihindari.
Hal itu disebabkan oleh kenaikan biaya pokok produksi yang membebani produsen.
Menurut Arief, ini terjadi di seluruh dunia.
Baca juga: Zulkifli Hasan Sebut Harga Telur & Beras di Pasar Pananjung Pangandaran Lebih Mahal dari Daerah Lain
Ia mengungkap, fluktuasi harga telur ayam maupun daging ayam di pasaran sedang dalam proses menuju keseimbangan baru.
"Jadi, kenaikan harga yang ada di lapangan saat ini sedang membentuk keseimbangan baru, di mana harga telur dan ayam boiler tidak terlepas dari struktur biaya yang membentuk harga di tingkat hilir," kata Arief dalam keterangannya, Jumat (21/7/2023).
"Kenaikan harga dipengaruhi misalnya dengan naiknya harga DOC yang sebelumnya Rp. 5.000 saat ini sampai Rp 8.000 per ekor. Harga jagung dulu Rp 3.150 per kg saat ini Rp 5.000 per kg. Bahkan sebelumnya sampai di atas Rp. 6.000 per kg," lanjutnya.
Baca juga: Bapanas: Penyaluran Bantuan Pangan Beras ke 21,353 Juta KPM Rampung 100 Persen
Oleh karena itu, kata Arief, menjadi tugas bersama untuk menjaga kewajaran harga di tiga lini, yaitu di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Arief kemudian mengatakan, pada Januari 2023 lalu, para peternak ayam dan ayam petelur banyak merugi dan tutup karena tidak sesuainya biaya produksi versus harga jualnya.
"Nah, ini harus kita urai satu persatu. Jangan sampai harga murah di atas kertas, tapi sedulur peternak bangkrut, malah tidak ada telur nanti di masyarakat," kata Arief.
Arief tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi. Sebab, jika hal tersebut terjadi, maka neraca akan defisit.
Jika neraca defisit, Arief bilang, kebutuhan protein dari unggas produksi dalam negeri tidak dapat terpenuhi. Dia bilang, ini yang berusaha dihindari.
"Saat ini waktunya kita men-support peternak ayam broiler dan peternak ayam petelur agar mendapatkan harga yang baik. Sambil kita kontrol harga di tingkat konsumen bersama sama," ujar Arief.
Arief mengungkapkan dalam menjaga keseimbangan harga tersebut pihaknya melakukan sejumlah langkah strategis dan menyeluruh dari aspek hulu hingga hilir.
Ia mengatakan, Bapanas telah mengeluarkan regulasi yang mengatur kenaikan harga acuan.
Yakni, Perbadan 5 tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras.
Baca juga: Stok Pangan Jelang Iduladha 2023 Diklaim Aman, Bapanas Minta Masyarakat Tak Perlu Khawatir
Kebijakan tersebut, kata Arief, bertujuan untuk mengatasi disparitas harga produksi dan harga jual ayam di pasaran.
Selain mengeluarkan regulasi terkait harga acuan, Bapanas juga mendorong stabilitas pasokan melalui Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) jagung pakan dari daerah surplus di wilayah Sumbawa dan Dompu Nusa Tenggara Barat ke daerah sentra peternak di Blitar dan Kendal.
Dengan intervensi pemerintah yang menekan harga distribusi jagung pakan tersebut, Arief mengatakan harga telur dan daging ayam di hilir dapat ditekan.
Pada saat yang sama, di tingkat hilir pemerintah melalui penugasan kepada BUMN pangan ID FOOD menggelontorkan bantuan pangan berupa telur ayam dan daging ayam.
Bantuan tersebut ditujukan kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) tiga kali di 7 provinsi sesuai data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Menurut Arief, bantuan ini agar produk peternak terserap oleh pasar dengan baik.
Di sisi lain, juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein dan mendukung penurunan stunting.
"Kita terus mendorong percepatan penyerapan bantuan daging ayam dan telur ayam ini ke masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan asupan protein sekaligus menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi pangan," ujar Arief.
Hingga saat ini, realisasi bantuan telur ayam dan daging ayam untuk tahap pertama telah mencapai 98 persen.
Kini, sedang dalam proses pendistribusian untuk tahap kedua dan ketiga.
Pada Iduladha Juni 2023 lalu, Bapanas bersama pemerintah daerah, BUMN pangan, asosiasi, dan pelaku usaha juga menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di 3.800 titik.
Hal itu sebagai bentuk respon kenaikan harga daging ayam dan telur ayam melalui pemenuhan stok dan kebutuhan, khususnya di DKI Jakarta.
Sebagai informasi, mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur ayam hari ini naik Rp 100, menjadi Rp 31.950 per kilogram.
Sedangkan untuk daging ayam, per kilogramnya turun Rp 900, menjadi Rp 38.350.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.