Pusat Perbelanjaan dan Pasar Tradisional Mulai Terjadi 'Kiamat' Pengunjung
Pusat perbelanjaan harus dapat memiliki dan menyediakan tempat ataupun fasilitas untuk pelanggan melakukan interaksi sosial.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Meski begitu, ketika naik ke lantai satu, lalu lalang pengunjung kembali sirna. Ditemani hanya dengan alunan musik dari pengeras suara, hanya ada segelintir toko yang buka.
Khusus di lantai ini, petunjuk dari mal menyebutkan toko-toko fesyen serta kecantikan bisa ditemukan oleh pelanggan.
Baca juga: Emiten Pusat Perbelanjaan PAMG Optimistis Kinerja Keuangan Pulih pada Tahun Ini
Namun, hasilnya nihil karena sejauh pemantauan Tribunnews, hanya ada satu studio kecantikan yang melayani jasanya saat akhir pekan ini.
Sama halnya dengan di lantai dua. Tak banyak toko elektronik yang menawarkan dagangannya. Penjualnya juga rata-rata hanya duduk memandang gawainya masing-masing karena tak ada pengunjung yang dilayani.
Tribunnews menghampiri satu kios yang diisi oleh ekspedisi ternama di Indonesia. Di situ, dijaga oleh seorang pria bernama Adi.
Adi mengaku bahwa sepinya Plaza Semanggi terjadi sejak shopping online mulai marak di Indonesia. Hal itu diperparah ketika pandemi Covid-19 melanda.
Ia bercerita, dulu sebelum pandemi bisa melayani 30 orang dalam sehari. Sekarang, paling banyak hanya 20 orang, dengan rerata 5 orang setiap harinya.
"Sebelum pandemi lebih ramai. Bisa 30 orang. Sekarang paling 3 sampai 5 orang. Kalau lagi ramai 20 orang. Satu orang bisa 10 paket sendiri," ujar Adi.
Hari-hari Adi lewati hanya seorang diri. Bekerja setiap hari dari Senin hingga Sabtu, ia mengaku hanya memiliki gawai dan komputer di depannya yang menemani dia.
Bahkan, Adi mengaku petugas keamanan juga jarang menyambangi sekelilingnya. Ada satu tempat membuat tato yang buka di seberang tempat Adi bekerja, tetapi itu hanya buka pada saat tertentu.
Untuk membunuh kesepian ini, ia pun memanfaatkan sejumlah fasilitas di sekelilingnya seperti komputer untuk bermain catur.
"Ya paling nyanyi-nyanyi. Main catur di komputer. Kadang shalawatan," kata Adi.
Kesepian yang dirasakan Adi ternyata juga dirasakan oleh pengunjung bernama Vina dan Nurul.
Mahasiswi asal Universitas Negeri Jakarta ini hendak pergi ke bioskop di Plaza Semanggi untuk menonton film Ketika Harus Berhenti Di Sini.