Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Faisal Basri Sanggah Jokowi soal Hilirisasi Nikel Beri Untung Rp 510 T: Angka-angkanya Tidak Jelas

Faisal Basri mempertanyakan sumber data dari Jokowi yang menyebut hilirisasi nikel mampu membuat Tanah Air meraup untung hingga Rp 510 triliun.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Faisal Basri Sanggah Jokowi soal Hilirisasi Nikel Beri Untung Rp 510 T: Angka-angkanya Tidak Jelas
Ria Anatasia/tribunnews.com
Ekonom Indef Faisal Basri dalam diskusi di Kedai Kopi, Jakarta, Rabu (14/8/2019). Faisal Basri mempertanyakan sumber data dari Jokowi yang menyebut hilirisasi nikel mampu membuat Tanah Air meraup untung hingga Rp 510 triliun. (Ria Anatasia). 

"Hilirisasi ugal-ugalan seperti yang diterapkan untuk nikel sangat sedikit meningkatkan nilai tambah nasional.

"Nilai tambah yang tercipta dari kebijakan hilirisasi dewasa ini hampir seluruhnya dinikmati oleh China dan mendukung industrialisasi di China, bukan di Indonesia," jelasnya.

Bukan tanpa alasan, pernyataan Faisal ini berdasarkan hitung-hitungan peranan sektor industri manufaktur yang terus menurun dari 21,1 persen di tahun 2014 menjadi 18,3 persen pada 2022.

Data ini menjadikan industri manufaktur pada titik terendah dalam 33 tahun terakhir.

Padahal, kebijakan hilirisasi sudah berlangsung selama 10 tahun terakhir.

Tak sampai di situ, adanya smelter nikel, kata Faisal, juga tidak memperdalam struktur industri nasional lantaran hampir separuh ekspor besi dan baja dalam bentuk ferro alloy atau ferro nickel, nickel pig iron dan nickel mate.

Hal ini diartikan bahwa produk yang diekspor tersebut perlu diolah lagi.

Berita Rekomendasi

"Hampir semua produk-produk itu tidak diolah lebih lanjut, melainkan hampir seluruhnya diekspor ke China. Di China, produk-produk seperempat jadi itu diolah lebih lanjut utnuk memperoleh nilai tambah yang jauh lebih tinggi."

"Lalu produk akhir dijual atau diekspor ke Indonesia," tuturnya.

Hilirisasi Nikel Untungkan China Ketimbang Indonesia

Pemandangan dari udara Desa Boedingi di Kabupaten Konawe Utara terilhat cokelat kemerahan, terkepung ore nikel yang ditambang dari bukit di belakang desa pesisir itu. Desa itu dihuni Suku Bajo yang dulunya bekerja sebagai nelayan dan petani mutiara.
Pemandangan dari udara Desa Boedingi di Kabupaten Konawe Utara terilhat cokelat kemerahan, terkepung ore nikel yang ditambang dari bukit di belakang desa pesisir itu. Desa itu dihuni Suku Bajo yang dulunya bekerja sebagai nelayan dan petani mutiara. (TRIBUN SULTRA/DESI TRIANA)

Faisal mengungkapkan nilai tambah smelter nikel sebagian besar dinikmati oleh China.

Ia menyebut nilai tambah tersebut mengalir ke Indonesia tak lebih dari 10 persen.

Setidaknya ada tiga alasan menurut Faisal yang menyebabkan hilirisasi nikel menguntungkan China ketimbang Indonesia.

Pertama, hampir smelter nikel dimiliki oleh pengusaha China lataran memperoleh fasilitas tax holiday sehingga mengakibatkan tak satu persen pun keuntungan mengalir ke Tanah Air.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas