Peluang Amerika Mengalami Resesi Makin Tipis Imbas Kebijakan Moneter The Fed
Berkat pengetatan ekonomi Amerika perlahan mulai mencatatkan momentum positif, ditandai dengan turunnya laju inflasi hingga berada dikisaran 3 persen.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Perbankan investasi Goldman Sachs resmi memangkas peluang resesi Amerika dari awalnya berada di level 20 persen kini turun menjadi 15 persen, Selasa (5/9/2023)
Pemangkasan dilakukan usai laju ekonomi negara Bollywood ini mulai mencatatkan pemulihan pasca bank sentral atau yang dikenal dengan nama The Fed memperketat kebijakan moneternya dengan mengerek naik suku bunga ke level tertinggi selama setahun terakhir.
Dimulai dari Maret tahun lalu, dimana The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin, kemudian di bulan Mei 2022 The Fed memperketat kebijakan dengan membawa suku bunga ke kisaran 50 basis poin.
Baca juga: Ekonomi Belanda Susut 0,3 Persen, Warga Diminta Bersiap Hadapi Resesi
Melanjutkan kenaikan di bulan sebelumnya selama Juni, Juli, September, dan November 2022 The Fed kembali mengerek suku bunga dengan masing – masing dinaikan sebesar 75 persen, serta 50 basis poin di bulan Desember 2022 dan 25 bps pada Januari hingga Agustus 2023.
Kendati pengetatan suku bunga berpotensi memicu guncangan bagi profitabilitas industri perbankan AS, namun hal tersebut tak lantas mengurungkan niatan The Fed. Justru Bank sentral Amerika semakin nekat menaikan suku bunganya hingga menyentuh level tertinggi.
Berkat pengetatan ini ekonomi Amerika perlahan mulai mencatatkan momentum positif, ditandai dengan turunnya laju inflasi hingga berada dikisaran 3 persen, terendah sejak Maret 2021.
Tak hanya itu kenaikan suku bunga juga berhasil mengangkat Amerika dari jurang resesi teknikal. Dorongan ini yang membuat Goldman Sachs merevisi prospek ekonomi Amerika di tahun 2023.
“Kami optimis pertumbuhan pendapatan riil yang dapat dibelanjakan pemerintah Amerika tampaknya akan kembali meningkat pada tahun 2024 didukung dengan bertambahnya lapangan kerja yang solid dan kenaikan upah riil,” kata kepala ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dikutip dari Reuters.
Sebagai informasi, sebelum Goldman Sachs memangkas prospek resesi Amerika, lembaga pemeringkat kredit Moody's pada akhir pekan kemarin juga turut menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun 2023, dari awalnya berada di level 1,1 persen kini naik menjadi 1,9 persen karena kuatnya momentum ekonomi AS.