BRIN: Polusi Udara Berpotensi Menghambat Visi Indonesia Emas 2045
Polusi udara, penyakit menular dan tidak menular, kebiasaan buruk serta infrastruktur pendukung kesehatan bisa menjadi sumber dari risiko tersebut.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Visi Indonesia Emas Tahun 2045 yang dirumuskan melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 menjadi acuan pembangunan negara untuk mencapai stabilitas bangsa yang terjaga dan berkesinambungan, serta sumber daya manusia yang berkualitas.
Sayangnya, ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia dapat berasal dari berbagai masalah, salah satunya risiko kesehatan.
Polusi udara, penyakit menular dan tidak menular, kebiasaan buruk serta infrastruktur pendukung kesehatan bisa menjadi sumber dari risiko tersebut.
Baca juga: Atasi Polusi Udara DKI, Pemerintah Harus Batasi Perilaku Gengsi Publik Miliki Kendaraan Pribadi
Peneliti Utama Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dede Anwar Musadad menjelaskan untuk merealisasikan Visi Indonesia Emas Tahun 2045 diperlukan implementasi manajemen risiko dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui penerapan manajemen ini, maka turut membantu masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai risiko.
Dengan demikian akan semakin meminimalkan efek negatif sekaligus memperbesar peluang keberhasilan.
“Berbicara mengenai Visi Indonesia Emas 2025, kita harus optimistis. Dalam ilmu kesehatan, kehidupan adalah bagaimana mengelola risiko. Jadi kita harus bersiap menghadapi risiko ke depan. Kami juga memberikan apresiasi kepada Masindo yang telah berjuang dalam membangun awareness masyarakat untuk mulai sadar risiko,” jelas Prof. Dede dalam Diskusi Media: Menanamkan Nilai-Nilai Sadar Risiko untuk Mengatasi Masalah Publik Demi Menuju Visi Indonesia Emas 2045,Selasa (12/9/2023).
Menurutnya, permasalahan polusi udara berpotensi menghambat dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Prof. Dede melanjutkan BRIN terus membangun kolaborasi bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Baca juga: Viral Knalpot Mobil Pelat Merah Keluarkan Asap Tebal Biang Polusi, Polisi Sebut Milik Pemprov DKI
Kerja sama ini untuk terus memantau perbaikan kualitas udara di Indonesia.
“BRIN membentuk tim untuk memberikan solusi dalam pengendalian pencemaran udara. Kami juga melakukan eksperimen yang hasilkan inovasi mengenai peralatan yang bisa digunakan Kemenkes untuk menjadi solusi pencemaran udara,” kata Prof. Dede.
Pengamat Kebijakan Publik Center of Youth and Population Research (CYPR) Boedi Rheza menambahkan, permasalahan polusi udara merupakan isu krusial yang harus diselesaikan secara gotong-royong dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Sebab, kondisi ini dapat menghambat pembangunan manusia berkualitas karena adanya risiko kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) bagi masyarakat dengan lingkungan udara yang kotor.
Dampak besarnya adalah menghambat dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
“Permasalahan polusi udara yang terjadi saat ini tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia yang masih menggunakan energi fosil. Kami mengapresiasi peran Masindo yang secara konsisten memasyarakatkan perilaku sadar risiko sebagai langkah pencegahan dengan aksi nyata yang berkontribusi bagi lingkungan hidup," ucap Boedi.
Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra Ranadireksa menjelaskan, upaya sadar risiko perlu diimplementasikan oleh semua pihak dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, diperlukan peran masyarakat secara aktif dengan meningkatkan kesadaran untuk tidak mengesampingkan risiko dan aktif mencari informasi guna mencegah terjadinya masalah publik.
“Secara berkelanjutan, Masindo memasyarakatkan nilai sadar risiko melalui edukasi, diskusi publik, advokasi media, kampanye sosial, kajian, dan informasi berbasis bukti ilmiah,” ujar Dimas.
Sebagai upaya sadar risiko, mengurangi emisi langsung dari sumber polusi dengan beralih ke energi terbarukan, seperti panel surya dan biomassa, serta transisi ke transportasi umum adalah langkah efektif untuk mengurangi polusi udara.
Memakai helm, sabuk pengaman, dan tidak bermain ponsel saat berkendara juga termasuk upaya sadar risiko. Selain itu, kebiasaan merokok berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat.
Ada upaya pengurangan risikonya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaan merokok.