Gita Wirjawan Sebut Tiga Aspek yang Mempengaruhi Masa Depan Ekonomi dan Politik di Asia Tenggara
Penanaman modal asing (FDI) saat ini menjadi indikator keberhasilan ekonomi negara liberal demokrasi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Gita Wirjawan mengatakan, kawasan Asia Tenggara diuntungkan dengan adanya stabilitas politik dan keamanan sebagai dasar utama untuk membangun perekonomian suatu negara.
Menggunakan data korban jiwa akibat perang dan kekerasan, di Asia Tenggara memiliki tingkat fatalitas yang jauh lebih rendah daripada Eropa selama 1.500 tahun terakhir.
"Hal ini menandakan pondasi yang kuat untuk stabilitas politik dan keamanan di kawasan tersebut, yang dapat mendukung perkembangan ekonomi di masa depan," kata Gita Wirjawan saat episode podcast Endgame terbaru berjudul Money Matters belum lama ini.
Baca juga: Menteri Investasi Bahlil Lahadalia Datangi Rumah Warga di Rempang
Gita berpandangan ada 3 aspek penting yang dapat memengaruhi masa depan ekonomi dan politik di Asia Tenggara yakni penanaman modal asing langsung (FDI), produktivitas marjinal dan kepemimpinan.
Penanaman modal asing (FDI) saat ini menjadi indikator keberhasilan ekonomi negara liberal demokrasi.
"FDI per kapita di negara-negara ASEAN varian, dengan Singapura menjadi yang paling sukses dalam menarik investasi asing. Kunci untuk menarik modal asing adalah kepastian hukum, yang memberikan kejelasan dalam bisnis dan perhitungan," kata Gita.
FDI jadi salah satu faktor penting dalam memperkuat sistem liberal demokrasi di Asia Tenggara jika didukung oleh upaya penegakkan hukum , transparansi, peningkatan izin usaha, dan stabilitas politik.
Matan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal juga menggarisbawahi pentingnya produktivitas marjinal dalam bersaing secara global mengingat produktivitas yang tinggi diperlukan agar negara dapat bersaing di pasar global.
"Perlu peran sains dan teknologi dalam meningkatkan produktivitas, serta pentingnya pendidikan dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Technology) untuk mendukung pengembangan teknologi," tuturnya.
Selain itu, Gita Wirjawan juga menyoroti dua isu fundamental di Asia Tenggara yakni bahasa dan ketimpangan uang beredar.
Kurangnya kemampuan berbahasa asing dan mengartikulasikan ide dan gagasan menjadi tantangan utama dalam berhubungan dengan masyarakat global.
"Di sisi lain, ketimpangan uang beredar antara negara maju dan negara berkembang dapat diatasi melalui berhutang, perdagangan, dan pencetakan uang, dengan syarat utama tidak ada korupsi," katanya.
Terakhir, podcast ini membahas isu kepemimpinan dan peran kepemimpinan dalam mewujudkan perubahan.
Gita Wirjawan mengkritik fenomena sensasionalisasi dalam kepemimpinan era pascakebenaran dan menekankan pentingnya pemimpin yang melayani publik.
Meritokrasi dianggap sebagai salah satu solusi untuk memilih pemimpin yang kompeten dan berkomitmen untuk melayani masyarakat.
Gita mengingatkan kita tentang peran media sosial dalam pemilihan pemimpin dan pentingnya memilih pemimpin berdasarkan kemampuan mereka, bukan popularitas di media sosial.