Bisnis Makanan dan Minuman Rumahan Mencapai 2,2 Juta Unit, Skema Pre-Order Alami Pertumbuhan
Jumlah bisnis makanan dan minuman berbasis usaha rumahan di Indonesia saat ini diprediksi mencapai antara 2 juta unit sampai 2,2 juta unit.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga riset independen Svara Research Indonesia menilai bisnis makanan-minuman usaha rumahan dan bisnis turunannya melalui pre-order (pesanan ketika barang belum tersedia) makin diminati dan prospektif seiring dengan beberapa keunggulan skema ini.
Berdasarkan riset bertajuk “Food Delivery Market Research” yang dirilis baru-baru ini, Svara yang fokus pada riset ekonomi, bisnis, dan manajemen ini, melakukan survei atas potensi bisnis pre-order atau PO terhadap mencapai 100 responden di mana 74 orang dilakukan survei online dan 26 wawancara mendalam di Bali dan Surabaya.
Dari data informal, jumlah bisnis makanan dan minuman berbasis usaha rumahan di Indonesia saat ini diprediksi mencapai antara 2 juta unit sampai 2,2 juta unit, kendati data formal secara spesifik saat ini belum tersedia.
Baca juga: Investasi Baru Industri Mamin Diharapkan Tembus Rp 100 Triliun di Tahun Ini
Dalam riset terbarunya itu, Svara menilai skema pre-order atau PO mampu menciptakan diferensiasi yang unik dibandingkan dengan platform pesan-antar makanan (online food delivery) besar yang fokus pada pengiriman instan atau merchant yang menyediakan stok (ready stock).
“[Dengan skema pre-order], pelanggan sangat menghargai nilai dari harga yang diberikan oleh perusahaan penyedia layanan pre-order food, didorong oleh makanan rumahan dengan harga terjangkau, tarif pengiriman tetap, dan promosi harga yang sering dilakukan,” tulis riset yang dipublikasikan Svara Research, dikutip Kamis (21/9/2023).
Skema pre-order juga dinilai bermanfaat bagi merchant, terutama bagi UMKM yang melayani volume kecil dan permintaan yang tidak dapat diprediksi.
“Biaya komisi yang lebih rendah, hanya 12,5 persen dari penjualan, dibandingkan platform lain yang hampir 35% menarik para penjual UMKM yang sadar akan margin. Hal ini juga berarti harga yang lebih murah bagi pelanggan, karena penjual tidak perlu membebankan biaya tambahan kepada pelanggan,” tulis Svara.
Sebagai catatan, saat ini tidak banyak pelaku usaha yang fokus pada platform PO di antaranya perusahaan rintisan bukaPO, Kulina, dan InKanteen sehingga ceruk pasar yang digarap masih terbuka luas.
Sebagai gambaran besarnya potensi ini juga menarik minat perusahaan modal ventura untuk masuk melakukan investasi ke perusahaan di bisnis PO. bukaPO misalnya telah mendapatkan 3 putaran pendanaan baik dari investor dalam negeri dan luar negeri.
Svara memberikan bahwa contoh soal margin, di mana besaran komisi yang diterapkan bukaPO hanya sebesar 12,5%. Jumlah ini lebih murah dibandingkan platform lain, sehingga berdampak pada tingginya kepuasan dari merchant.
“Baik pedagang maupun pelanggan menunjukkan kepuasan yang besar terhadap layanan dengan sistem pre-order, termasuk bukaPO yang ada," tulisnya.