Lima Kontainer Minyak Jelantah Diekspor ke Amerika, Di sana Akan Diproses Jadi Greenfuel
Kementerian Perindustrian melalui Direktur Jenderal Industri Agro melepas ekspor perdana minyak jelantah bersama Asosiasi Exportir Minyak Jelantah
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian melalui Direktur Jenderal Industri Agro melepas ekspor perdana minyak jelantah bersama Asosiasi Exportir Minyak Jelantah Indonesia ke Amerika.
Ada sebanyak 5 kontainer atau sekitar 200 metrik ton minyak jelantah hasil pengumpulan dari SIMIJEL (Sistem Informasi Minyak Jelantah).
Pelepasan ekspor dilakukan secara hybrid dari tiga lokasi, yakni Gedung Pusat Kementerian Perindustrian, di Gudang CV Artha Metro Oil Tangerang dan di Veriflux Office Houston Texas USA.
Baca juga: Kinerja Nilai Ekspor Indonesia Anjlok 21 Persen pada Agustus 2023, BPS Ungkap Penyebabnya
Komoditas ekspor minyak jelantah (Used Cooking Oil) adalah minyak goreng bekas penggunaan pangan untuk diproses menjadi Greenfuel (SAF-Sustainable Aviation Fuel/Green Avtur dan HVO-Hydrotreated Vegetable Oil Green Diesel).
Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, menyampaikan minyak jelantah yang mempunyai ketertelusuran asal usul (point-of-origin traceability) sangat diminati oleh industri Greenfuel dan menjadi standar baru penerimaan minyak jelantah di Uni Eropa dan Amerika Utara.
"Greenfuel yang dihasilkan dari minyak jelantah yang tertelusur (well-traceable) mempunyai net carbon emission index sangat rendah yang berasal dari implementasi prinsip economy circular yaitu from waste to energy. Aspek ketertelusuran menjadi prasyarat karena buyer membutuhkan jaminan asal usul minyak jelantah harus betul-betul berasal dari titik produksi minyak jelantah, bukan berasal dari campuran minyak segar/minyak – minyak lain dan/atau berasal dari sumber minyak jelantah yang ilegal," tutur Putu saat acara pelepasan ekspor di Gedung Kementerian Perindustrian, Kamis (21/9/2023).
Ketua AEMJI Setiady Goenawan, mengatakan pihaknya telah memperkenalkan SIMIJEL pada event Hannover Messe 2023 sebagai platform digital berbasis data geotag location untuk menjamin ketertelusuran/traceability atas rantai pasok pengumpulan minyak jelantah.
SIMIJEL dikembangkan oleh AEMJI bekerja sama dengan PT Incore System Solutions, sebuah Perusahaan bidang IT yang 100 persen sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.
"Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih kepada Kementerian Perindustrian yang telah mendukung AEMJI sehingga kami lebih percaya diri mengembangkan sistem informasi ketertelusuran asal usul minyak jelantah secara 100 persen karya anak bangsa," ungkap Setiady.
Sebagai informasi, Veriflux merupakan pihak penyedia platform teknologi informasi untuk mengelola basis data rantai pasok kompleks, termasuk reverse logistic minyak jelantah di beberapa negara bagian Amerika Serikat.
Baca juga: Kinerja Nilai Ekspor Indonesia Anjlok 21 Persen pada Agustus 2023, BPS Ungkap Penyebabnya
Operasional Veriflux didukung oleh US EPA (United States Environmental Protection Agency) dalam rangka menjamin ketertelusuran minyak jelantah hanya digunakan sebagai bahan baku industri greenfuel dan tidak disalahgunakan pada kegiatan food recycling.
Perwakilan Veriflux Dani Charles, menyebut saat ini Veriflux sudah digunakan lebih dari 12 negara dan kemitraan dengan industri di Indonesia memperluas jangkauan Veriflux.
"Kami bersyukur bahwa pemerintah dan industri di Indonesia mendukung penelusuran dan upaya untuk membuktikan bahwa produk yang dikirimkan seperti yang ada saat ini berasal dari sumber yang bisa diklaim dan dengan itu secara kolektif kita semua dapat memastikan industri berkelanjutan. Kami merasa sangat tersanjung dan kami menantikan kemitraan yang berdampak ini," ungkap Charles.