Dolar AS Makin Kuat, Rupiah Loyo, Menko Airlangga: Tenang Saja, Fundamental Ekonomi Kita Baik
Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia tak perlu khawatir di tengah nilai tukar dolar AS yang menguat.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia tak perlu khawatir di tengah nilai tukar dolar AS yang menguat.
Menurutnya, hal yang paling penting adalah menjaga perekonomian Indonesia dengan baik.
"Jadi kita tenang-tenang saja yang penting kita jaga fundamental ekonomi kita baik," kata Menko Airlangga usai menghadiri acara HSBC Summit 2023 di Jakarta Selatan, Rabu (11/10/2023).
Baca juga: Rabu Pagi, Rupiah Masih di Level Rp 15.700 per Dolar AS
Menko Airlangga bilang, isu menguatnya nilai tukar dolar AS turut berdampak pada mata uang termasuk Jepang. Meski begitu dia enggan menjelaskan lebih rinci.
"Harusnya ditanya ke Washington kenapa US dolar kuat. Karena ini US dolar kuat isunya US dolar kuat terhadap berbagai currency termasuk Jepang," tuturnya.
Melemah
Adapun nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdasarkan data Bloomberg Spot di level Rp 15.730 pada Rabu (11/10/2023) pukul 09.23 WIB.
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah 8 poin.
Di mana sebelumnya pada kemarin (10/10/2023), nilai tukar rupiah di level Rp 15.738.
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, fluktuasi nilai tukar rupiah disebabkan adanya ekspektasi Bank Central Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang masih mempertahankan suku bunga yang tinggi.
Dengan naiknya kembali USD-IDR ke atas kisaran Rp 15.700 kemarin, ini mengindikasikan bahwa pelemahan masih membayangi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," ucap Ariston kepada Tribunnews, Rabu (11/10/2023).
Baca juga: IHSG Akhir Pekan Akhirnya Terkerek 0,20 Persen ke 6.888, Bagaimana Dengan Rupiah?
"Ekspektasi suku bunga tinggi AS dan ditambah konflik bersenjata Israel-Hamas masih menjadi sentimen pelemah rupiah terhadap dolar AS," sambungnya.
Namun, lanjut Ariston, salah satu petinggi Bank Sentral AS yakni Raphael Bostic dan Neel Kashari, sempat memberikan komentar bahwa kenaikan suku bunga acuan AS tidak diperlukan lagi.
Komentar ini sedikit banyak menurunkan penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Indeks dollar terlihat bergerak turun pada perdagangan kemarin. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS juga tidak bertahan turun.
Dengan adanya sentimen tersebut, nilai tukar mata uang Garuda diprediksi masih akan mengalami fluktuasi.
Ariston menyebut, ada potensi pelemahan pada hari ini ke level Rp15.750.
"Potensi penguatan ke arah Rp 15.700-Rp 15.680, dengan potensi pelemahan ke kisaran Rp 15.750," papar Ariston.
"Masih Ada data di pekan Ini yang bisa menggerakan dollar AS yaitu data inflasi AS di Hari Rabu dan Kamis dan Notulen Rapat Bank Sentral AS dinihari nanti. Kalau data-data tersebut masih menunjukkan potensi inflasi rebound, dollar bisa menguat lagi," pungkasnya.