Transisi Menuju Energi Bersih Butuh Kolaborasi Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat
Kementerian ESDM hingga kini melakukan langkah konkret dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dengan melakukan transisi menuju energi bersih.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia terus melakukan langkah konkret dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), melalui Enhanced NDC2030 dengan peningkatan target dari sektor energi menjadi 358 Juta ton CO2e (31,89 persen) dengan kemampuan sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional.
Dalam upaya mewujudkan target tersebut, kegiatan aksi mitigasi penurunan emisi GRK di subsektor ketenagalistrikan terus didorong antara lain melalui pembangunan PLTU Clean Coal Technology, Pengoperasian Pembangkit Listrik Gas Baru, Pembangkit Energi Terbarukan yang terhubung ke jaringan (on-grid).
Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Ir Ida Nuryatin Finahari mengatakan, terobosan juga dilakukan Pemerintah melalui peluncuran bursa perdagangan karbon akhir September lalu.
"Kesiapan pembangkit khususnya PLTU untuk ikut serta berpartisipasi dalam bursa karbon dinilai perlu disiapkan dan lebih dimatangkan lagi,” ujarnya saat Konferensi Pers Hari Listrik Nasional ke-78 dan Enlit Asia 2023 di Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Seperti diketahui, pemerintah terus berupaya untuk mempercepat pencapaian transisi energi yang telah dituangkan dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN).
Baca juga: Ketua Komisi VI DPR RI Sebut Pertamina Punya Peran Strategis dalam Penyediaan Energi Bersih
Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci utama pencapaian target bauran energi di tengah kondisi global yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi.
"Proses transisi energi membutuhkan penguatan kolaborasi dari seluruh stakeholders mulai dari pemerintah, swasta, dan masyarakat karena tantangannya tidaklah mudah," kata Ida.
Dikatakannya, Indonesia sebagai negara kepulauan potensi pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)-nya besar tetapi lokasinya tersebar dengan tingkat pemahaman teknologi yang belum seragam sehingga dibutuhkan sosialisasi dan peningkatan literasi secara massif dan berkesinambungan agar penerimaan masyarakat pada pemanfaatan EBT terus meningkat, terutama mereka yang berada di sekitar pembangkit listrik berbasis EBT.
Besarnya potensi EBT di tanah air tentu saja perlu dioptimalisasi.
"Oleh karenanya pemerintah sebagai regulator bersinergi dengan PT PLN (Persero) sebagai operator. Sinergi yang dibangun salah satunya dengan menghadirkan pengembangan pembangkit listrik EBT di luar perincian Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) Tahun 2019-2038," katanya.
Baca juga: Tekan Emisi Karbon, Pengembangan Energi Bersih Berbasis Amonia Digencarkan
Dalam menghadapi transisi energi pada subsektor ketenagalistrikan, pemerintah Indonesia membuat beberapa perubahan kebijakan dan peraturan, salah satunya
Direktur Manajemen Risiko PT. PLN (Persero), Suroso Isnandar mengatakan, PLN bersama Pemerintah telah menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dalam rangka mendukung program transisi energi.
"PLN juga tengah berupaya untuk menjadikan energi hijau menjadi sebuah layanan bagi masyarakat melalui produk listrik hijau yang berasal dari listrik energi yang terbarukan (EBT)," katanya.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia & Ketua Pelaksana HLN78, Arsyadany G Akmalaputri mengatakan, transisi energi sangatlah penting dalam konteks situasi iklim global saat ini.
Indonesia memiliki target Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada bauran energi nasional pada tahun 2025.
"Komitmen terus ditingkatkan termasuk menetapkan target Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat lagi, menajamkan komitmen menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan," katanya.
Dalam rangka mendorong akselerasi penciptaan sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) bekerja sama dengan Enlit Asia menyelenggarakan Hari Listrik Nasional ke-78 Enlit Asia 2023” pada 14-16 November 2023 di Indonesia Convention Exhibition, BSD yang mengusung tema Strengthening ASEAN Readiness in Energy Transition.
Pembicara ternama dan berpengaruh dari dalam dan luar negeri di industri energi dan ketenagalistrikan juga akan menjadi magnet peserta untuk mengikuti forum diskusi, symposium, seminar dan jejaring, berkolaborasi mendorong penambahan kebutuhan energi listrik dengan dominasi penggunaan EBT, termasuk mencapai target net zero emission pada 2060 atau lebih cepat lagi.
"MKI sebagai partner strategis pemerintah siap membantu dalam mengimplementasikan program transisi energi yang dicanangkan pemerintah sebagai bagian dari proses perencanaan pembangunan baik jangka panjang, menengah, maupun tahunan,” ujar Arsyadany.
Komitmen PLN untuk mendukung penyelenggaraan Hari Listrik Nasional ke-78 Enlit Asia 2023 turut diwujudkan dengan hadirnya narasumber kunci di berbagai forum dalam event tersebut, antara lain Darmawan Prasojo, President Director of PT PLN, Chairani Rachmatullah, President Director of PT PLN Engineering, Edwin Nugraha Putra, President Director of PT PLN Indonesia Power, Iwan Agung Firstantara, President Director of PT PLN EPI dan Ruly Firmansyah, President Director of PT PLN Nusantara Power.
Portfolio Director Energy Clarion Events Asia, Simon Hoare mengatakan, Hari Listrik Nasional ke-78 Enlit Asia 2023 merupakan kesempatan terbaik bagi para ekshibitor untuk melakukan networking, mempertunjukkan perkembangan terbaru di bidang energi, dan mencari solusi inovatif guna menjawab tantangan transisi energi pascapandemi.
Baca juga: Percepatan Transisi Energi Bersih, Pemerintah Didorong Geser Energi Fosil ke EBT
"Ada lebih dari 200 pembicara akan terlibat dalam berbagai rangkaian kegiatan acara, mulai dari KTT yang berfokus pada strategi, hingga konten teknis yang dapat diakses secara gratis di lantai pameran," katanya.
Ia berharap melalui forum Hari Listrik Nasional ke-78 Enlit Asia 2023 bisa menjadi salah satu upaya untuk menyatukan komitmen antar berbagai pemangku kepentingan dalam mendukung transisi energi di Indonesia dan kawasan ASEAN.
Sebagai ajang pertemuan terbesar industri energi dan kelistrikan ini, kami menargetkan lebih dari 12.000 pengunjung yang hadir selama tiga hari mulai dari 14 hingga 16 November 2023.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia