Literasi Digital pada 4.500 Petani, Syngenta Indonesia Raih Penghargaan MURI
Jumlah pusat pengembangan dan pembelajaran terbanyak di Indonesia yang dimiliki oleh perusahaan formulator teknologi perlindungan tanaman
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNEWS.COM, KARAWANG - Syngenta Indonesia meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas kegiatan pelatihan agronomi, teknologi, dan literasi digital pertanian kepada 4.500 petani Indonesia serentak di 15 titik Pusat Pengembangan dan Pembelajaran.
Jumlah pusat pengembangan dan pembelajaran terbanyak di Indonesia yang dimiliki oleh perusahaan formulator teknologi perlindungan tanaman.
Lokasi LDC berada di Deli Serdang dan Karo (Sumatra Utara), Bukittinggi dan Alahan Panjang (Sumatra Barat), Trimurjo dan Sekampung Udik (Lampung), Karawang dan Lembang (Jawa Barat), Sukoharjo, Grobogan dan Magelang ( Jawa Tengah), Jember, Mojokoerto dan Malang (Jawa Timur), serta Sidrap (Sulawesi Selatan).
Baca juga: Bulan Inklusi Keuangan 2023, Jalin Perluas Literasi Keuangan Hingga Wilayah Pesisir
Penghargaan ini diberikan oleh MURI kepada Syngenta Indonesia di sela-sela kegiatan pelatihan di Karawang, Jawa Barat belum lama ini.
Marketing Head Syngenta Indonesia, Suhendro mengatakan, pelatihan ini dilakukan sebagai wujud aktualisasi komitmen mengedukasi petani Indonesia sehingga petani dapat meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan panen yang lebih produktif dan berkelanjutan.
“Kami berupaya menjadi mitra terpercaya petani dalam usaha budidaya pertanian, mendukung dan melatih petani untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan para petani,” ujar Suhendro saat penyerahan rekor MURI belum lama ini.
Baca juga: Kamus Asuransi untuk Tingkatkan Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Masyarakat
Pelatihan bagi petani yang diselenggarakan terdiri atas materi agronomi untuk berbagai jenis tanaman pangan yang meliputi padi, cabai, tomat, kentang, bawang merah, bawang daun, serta jagung.
"Petani berdiskusi dengan tim teknis di tiap-tiap LDC mengenai tantangan budidaya yang mereka hadapi terutama tekanan hama dan penyakit di tiap-tiap fase tumbuh tanaman," katanya.
Petani yang hadir dalam kegiatan juga mendapatkan paparan mengenai teknologi yang dapat mengendalikan tekanan hama dan penyakit.
Beberapa teknologi yang ditampilkan yaitu teknologi Tinivion (Elestal Neo) untuk mengendalikan kutu kebul sebagai vector penyebab virus kuning pada tanaman cabai dan tomat, teknologi Amistar (AmistarTop) untuk mengendalikan penyakit tanaman padi dan sayur dengan spektrum luas, teknologi Adepydin (Miravis Duo) untuk mengendalikan alternaria pada tanaman kentang dan embun bulu pada cabai, serta teknologi Virtako untuk mengendalikan penggerek batang pada tanaman padi.
Technical Excellence Head Syngenta Indonesia, Dwi Susilowati mengatakan, tekanan hama dan penyakit merupakan salah satu hal yang dapat menghilangkan potensi hasil panen yang sangat siginifikan hingga 30-90 persen sehingga harus dikendalikan dengan cepat dan tepat oleh petani.
"Pemahaman akan agronomi tanaman sangat penting untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya hama dan penyakit dan pengetahuan akan teknologi pengendalian hama dan penyakit yang tepat akan membantu petani mendapatkan hasil yang optimal,” ungkap Dwi Susilowati.