Ekosistem Industri Otomotif Bergerak ke Elektrifikasi, Bagaimana Nasib Industri Komponen?
Kementerian Perindustrian menjawab kekhawatiran industri komponen otomotif dan suku cadang seiring transisi ke elektrifikasi.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, NAGOYA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjawab kekhawatiran industri komponen otomotif dan suku cadang seiring transisi ke elektrifikasi.
"Mereka (industri komponen, red) bilang khawatir, saya bilang ini justru peluang. Jangan khawatir, faktanya sekarang (industri komponen) di Indonesia masih dapat order. Tidak ada yang tutup," ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, di acara Indonesia-Japan The 2nd Autoparts Business Forum di Nagoya Garden Space, Nagoya, Jepang, digelar Jumat (27/10/2023). Acara ini untuk memperingati 65 tahun hubungan Indonesia-Jepang.
Saat ini pemerintah juga mendorong industri komponen lokal bisa terkoneksi dengan perusahaan EV yang ada di Jepang.
"Wuling, Hyundai. Suruh bantu. apa saja yang bisa dibuat. Saya juga menekankan (industri komponen) punya kemampuan dari Jepang, punya desain, punya coding, punya mesin CNC (Computer Numerical Control) dan sebagainya, bisa bikin sparepart. Tapi jangan di otomotif saja, tapi transportasi secara keseluruhan. Anda masuk ke kereta, kapal, dan pemenuhan mobilitas masyarakat lainnya," kata Taufiek.
Baca juga: Toyota Bakal Bangun Pabrik Baterai EV di Indonesia, Kemenperin: Masih Studi, untuk Kendaraan Hybrid
Taufiek juga menekankan pentingnya untuk melakukan transfer knowledge produsen otomotif Jepang ke Indonesia.
Jadi, industri komponen tidak perlu khawatir dengan adanya perubahan teknologi, karena ini bisa jadi peluang.
"Faktanya penjualan di sektor hybrid tinggi sekali. Industri komponen bisa mengikuti teknologi, bisa buat apa kebutuhannya OEM (Original Equipment Manufacturer), mobility itu pasti melebihi itu, pasti bergerak. Jadi harus inline dengan cara berpikir Jepang," ujarnya.
Baca juga: Di Forum Bisnis Indonesia- Jepang, Wagub Aichi Dorong Industri Otomotif Jepang Ekspansi ke RI
Dorong Penguatan Rantai Pasok Industri Otomotif
Kementerian Perindustrian berharap agenda Indonesia-Japan The 2nd Autoparts Business Forum di Nagoya Garden Space, Nagoya, Jepang, pada Jumat (27/10/2023) dapat mengakselerasi transfer knowledge dan teknologi dari industri otomotif Jepang ke Indonesia.
"Indonesia telah melakukan ekspor 379 ribu unit mobil ke 100 negara. Sektor otomotif nasional tumbuh sebesar 9,66 persen pada kuartal II 2023. Dan 95 persen industri otomotif di Indonesia berasal dari Jepang," ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, Dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin, Taufiek Bawazier.
Diketahui, selama kuartal kedua tahun 2023, industri pengolahan non-migas menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,56 persen (Year-on-Year). Secara khusus, Industri otomotif mencapai pertumbuhan yang luar biasa sebesar 9,66 persen. Selain itu, nilai Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia untuk September 2023 sebesar 52,3 poin.
Industri otomotif nasional telah menjadi kontributor penting bagi cadangan devisa, dengan ekspor Completely Built-Up (CBU) sebanyak 379 ribu unit mobil dari Januari hingga September 2023 (meningkat 13,4 persen dibanding periode sebelumnya, sebanyak 198 ribu unit).
"Kita melihat Jepang punya inovasi, presisi, engineering, dan skill yang tinggi. Adanya bisnis forum, kami harapkan dapat mengakselerasi transfer knowledge antar kedua negara terutama di sektor otomotif," ujar Taufiek di Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Menurut Taufiek, dengan adanya bisnis forum dapat menciptakan hubungan yang baik antara Jepang-Indonesia, sehingga memperkuat supply chain di sektor otomotif. Sebab, terdapat 1,5 juta orang kerja di sektor otomotif, hingga menciptakan Rp 800 triliun multiplier effect.
"Artinya, transfer knowledge dari Jepang ke Indonesia sama dengan memperkuat industri otomotif Jepang di Indonesia dan meningkatkan investasi di Indonesia, terutama untuk sektor otomotif," kata Taufiek.
Kemenperin berharap melalui bisnis forum dapat menghasilkan solusi strategis. Kemenperin sendiri telah mengeluarkan berbagai instrumen fiskal dan non fiskal bagi pertumbuhan industri otomotif di Indonesia.
"Kami dari Kemenperin sudah menetapkan roadmap industri otomotif dengan menerapkan teknologi kendaraan Multipathway elektrifikasi. Kami tidak menetapkan hanya satu teknologi saja. Tapi kami mengimplementasikan teknologi Hybrid, HEV, PHEV, BEV," terangnya.
Pemerintah Indonesia meyakini, teknologi kendaraan yang menjadi pemenang ke depan adalah teknologi kendaraan yang bisa mengurangi emisi karbon, serta teknologi kendaraan yang bisa mempekerjakan banyak SDM di dalamnya.
"Otomotif pahlawan devisa. Otomotif adalah sektor industri prioritas. Melalui acara ini dapat dihasilkan inovasi-inovasi baru yang dapat menjawab tantangan industri otomotif ke depan," tutur Taufiek.