Perekonomian Uni Eropa Bisa Babak Belur Terdampak Perang Hamas-Israel
Perang Hamas-Israel dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi negara-negara di zona euro.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Perusahaan keuangan dan investasi Goldman Sachs memperkirakan, perang Hamas-Israel akan berdampak pada perekonomian Uni Eropa jika konflik tersebut terus berlarut-larut.
Ekonom Goldman Sachs Katya Vashkinskaya mengatakan, perang Hamas-Israel dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi negara-negara di zona euro.
Namun begitu, tekanan terhadap harga energi diperkirakan akan tetap terkendali.
“Konflik di Timur Tengah yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi perekonomian Eropa melalui perdagangan regional yang lebih rendah, kondisi keuangan yang lebih ketat, harga energi yang lebih tinggi dan kepercayaan konsumen yang lebih rendah,” kata Vashkinskaya.
Kekhawatiran semakin meningkat di kalangan ekonom bahwa konflik tersebut dapat meluas ke negara-negara lain di kawasan Timur Tengah, di mana Israel dan Lebanon saling meluncurkan rudal yang mengakibatkan banyak warga sipil meninggal dunia dan krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Negara-negara zona Euro mengekspor sekitar 0,4 persen PDB ke Israel dan negara-negara tetangganya.
Dia juga mencatat kondisi keuangan yang lebih ketat dapat membebani pertumbuhan dan memperburuk hambatan yang ada pada aktivitas ekonomi akibat kenaikan suku bunga di kawasan zona euro.
“Sejak konflik ini terjadi, pasar komoditas mengalami peningkatan volatilitas, dengan harga minyak mentah Brent dan gas alam Eropa masing-masing naik sekitar 9 persen dan 34 persen pada puncaknya,” ujar Vashkinskaya.
Baca juga: Bombardemen Israel Berdalih Hajar Sarang Hamas di Gaza: Sasar Sekolah, Kamp Pengungsian, Ambulans
Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) Andrew Bailey mengatakan dampak langsung dari konflik antara Israel-Hamas di pasar energi menimbulkan potensi risiko terhadap upaya bank sentral untuk mengendalikan inflasi.
Baca juga: Turki Tarik Duta Besarnya untuk Israel, Presiden Erdogan Putuskan Komunikasi dengan PM Netanyahu
“Sejauh ini, kita belum melihat kenaikan harga energi yang nyata, dan itu jelas bagus. Tapi itu adalah sebuah risiko. Ini jelas merupakan risiko di masa depan,” ujarnya.