PVTPP Dorong Penerapan Teknologi Haploid Lewat Varietas Unggul Baru
Fokus kerja Kementerian Pertanian satu tahun kedepan adalah memperkuat produksi berbagai komoditas strategis.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fokus kerja Kementerian Pertanian satu tahun kedepan adalah memperkuat produksi berbagai komoditas strategis. Tujuannya tak lain untuk keberlangsungan pembangunan Indonesia yang berdaulat secara pangan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian adalah dengan penyelenggaraan pemuliaan dengan melakukan perakitan varietas unggul baru. Perakitan varietas unggul baru dilakukan dengan teknologi modern secara kolaboratif, integratif dan berkelanjutan.
Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP), Leli Nuryati memiliki tugas untuk meningkatkan pelayanan pelepasan atau pendaftaran peredaran varietas tanaman. Pusat PVTPP telah melakukan banyak terobosan untuk mendorong perakitan varietas unggul baru melalui berbagai kegiatan.
Pernyataan tersebut disampaikan saat Koordinasi Teknis (Kortek) Pendaftaran Peredaran/Pelepasan Varietas Tanaman, Selasa kemarin.
Hadir Plt Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Prihasto Setyanto, M.Sc Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Timur, Ir. Dydik Rudy Prasetya,MMA dan Kelapa Unit Pelaksana Teknis pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Suyanto,SP,M.Si.
“Pusat PVTP tidak dapat bergerak sendiri, kami terus menggandeng regulator, akademisi, stakeholders, pelaku bisnis dan media untuk mempercepat Pembangunan pertanian berkelanjutan," kata Leli melalui keterangan tertulisnya, Kamis (9/11/2023).
Dijelaskan Leli, Pusat PVTPP ikut berkontribusi memberikan wawasan dan pendalaman dalam proses perakitan varietas unggul baru. Khususnya double haploid kepada pemulia, peneliti di lembaga pemuliaan di beberapa balai penelitian,
"Baik pemerintah maupun swasta,” ujar Leli.
Beberapa narasumber yang memberikan materi pada kotek ini adalah Dr. Abil Dermail (Khon Kaen University Thailand), Dr. Amin Nur (BPSI Tanaman Serealia), Prof. Dr. Sudarsono (IPB University), Dr. Iswari Saraswati Dewi (BRIN) dan Ir. Fathku Rokhman, SP, M.Si (PT East West Seed Indonesia).
Dalam papaparanya, Abil menjelaskan bahwa perakitan varietas unggul baru dinilai membutuhkan waktu yang lama, karena diawali dengan pembentukan galur inbred sampai beberapa generasi. Cara mempersingkat waktu yaitu dengan memproduksi tanaman haploid.
Baca juga: Akselerasi Swasembada Gula Nasional, PG Sindanglaut Dioperasikan Kembali
"Tanaman haploid memiliki jumlah kromosom sporofit sama dengan gametofiknya," kata dia.
Dia mengemukakan kalau Haploid Inducer mampu mempersingkat waktu perakitan varietas hibrida dari 3 hingga 5 tahun menjadi 1 tahun saja.
Hal senada diungkapkan Peneliti BRIN, Iswari Saraswatu. Dia berujar bahwa Teknologi Haploid, mensupport percepatan perolehan galur murni.
Dia lantas membandingkan kalau waktu terlama dihabiskan untuk perakitan varietas dengan metode pemuliaan klasik sebanyak 5-6 generasi silang balik dan 8-10 generasi selfing untuk mendapatkan galur murni.
"Pada level haploid, semua gen berada pada keadaan hemizygous atau memiliki satu copy gen (one copy of each gene)," pungkasnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.