Harga Cabai Rawit Makin Menggila Tembus Rp120 Ribu per Kg, Pedagang Minta Menteri Tak Saling Ego
Di Klaten dan Solo, Jawa Tengah, harga komoditas pangan untuk cabai rawit merah di level Rp100 ribu.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Harga gula konsumsi naik 0,18 persen atau sebesar Rp30, menjadi Rp16.190 per kg.
Dampak El Nino
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan, adanya El Nino membuat produksi semua jenis cabai mengalami penurunan akibat El Nino dan belum memasuki panen raya.
Turunnya produksi cabai membuat harga komoditas tersebut mengalami kenaikan.
"Dalam kondisi seperti saat ini tentunya kami di Badan Pangan Nasional kembali mengingatkan para kepala daerah untuk saling membangun kerja sama antar daerah (KAD) sehingga cabai di wilayah sentra produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi,” ujar Arief beberapa waktu lalu.
Adanya penguatan kerja sama antar daerah ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar terbangun konektivitas yang membuat produksi pangan di daerah surplus terdistribusi ke daerah defisit secara merata untuk menjaga kestabilan harga.
Melonjak 100 Persen
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat kenaikan harga cabai rawit merah pada saat ini sudah 100 persen.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan, berdasarkan laporan dari anggotanya, dalam beberapa bulan terakhir harga pangan dalam tren kenaikan.
"Harga beras medium di atas HET (harga eceren tertinggi) masih di Rp13.000, kalau HET-nya Rp10.900. Kemudian berbagai jenis cabai mengalami kenaikan, bahkan kenaikan ini di atas 100 persen," paparnya.
"Cabai merah keriting sudah di angka Rp88.500, cabai besar TW Rp82 ribu, rawit merah cukup pedas di kisaran Rp110 per kilogram," sambung Reynaldi.
Baca juga: Semakin Menyengat, Cabai Rawit Merah Langka, Pedagang: Mungkin Harga Akan Naik Lagi
Menurutnya, kenaikan harga pangan pada bulan ini karena beberapa faktor, seperti sudah memasuki musim penghujan yang dikhawatirkan sentra-sentra cabai maupun bawang bisa gagal panen jika curah hujannya cukup tinggi.
Kondisi tersebut, kata Reynaldi, harus ada antisipasi dari pemerintah agar produksi pertanian bisa dioptimalkan dengan baik, sehingga pendistribusian ke pasar-pasar bisa lebih masif
Kemudian faktor distribusi yang menjadi penting, karena kalau pemerintah tidak bisa mengintervensi di jalur tengah atau middle man maka harga pangan mengalami kenaikan yang signifikan.
"Katakanlah kita produksi bawang merah di Brebes, bawang merah di Brebes itu dari petaninya keluarnya Rp15 ribu karena middle man yang bermain maka bisa di pasar Rp 30 ribuan. Jadi hal-hal seperti ini seharusnya pemerintah bisa mengoptimalkan atau mengorkestrasi dari hulu sampe ke hilir," ujarnya.
Para Menteri Jangan Ego
Reynaldi meminta pemerintah untuk bertindak cepat sebelum permintaan melonjak, mengingat akan memasuki Natal dan tahun baru.