Nasib IKM Otomotif di Tengah Transisi Elektrifikasi, Berjaya atau Justru Sepi Order?
Di tengah kian gencarnya APM memproduksi kendaraan listrik, bagaimana nasib para Industri Kecil dan Menengah komponen otomotif?
Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transisi penggunaan kendaraan konvensional ke listrik masih terus didorong oleh pemerintah. Untuk menarik minat, subsidi dan bantuan pembelian mobil dan motor listrik diberikan.
Di tengah kian gencarnya Agen Pemegang Merek (APM) memproduksi kendaraan listrik, bagaimana nasib para Industri Kecil dan Menengah (IKM) komponen otomotif. Apakah mereka akan ikut berjaya atau justru malah sepi order?
Baca juga: Era Elektrifikasi, GIAMM: Peredaran EV Masih Sedikit, Industri Komponen Tak Perlu Khawatir
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, menyampaikan membahas kendaraan listrik harus lebih berhati-hati, apalagi soal komponen kendaraan listrik.
"Ketika ada produsen yang memproduksi Electric Vehicle (EV), begitu mereka melokalkan kendaraan tersebut, mereka tentu mencari lokal komponen di dalam negeri. Mungkin di awal saat volume belum gede, mereka produksi dalam bentuk CKD, tapi berjalannya waktu mereka pasti akan mencari lokal supplier," tutur Kukuh saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (29/11/2023).
Baca juga: TMMIN: Bisnis Forum Indonesia-Jepang Bantu Industri Komponen Nasional Perluas Pasar Ekspor
Kukuh menilai, jika era elektrifikasi kian ramai, supplier komponen kendaraan konvensional tetap akan ada. Sebab produksi EV tidak akan serta merta membuat pembuatan mobil konvensional berhenti.
"Jadi supplier kendaraan konvensional itu akan tetap ada. Kemudian pada waktu kita memperkenalkan Electric Vehicle itu diperlukan supplier-supplier baru untuk komponen-komponen baru, tidak kemudian mesin konvensional berubah membuat elektrik motor, tidak begitu," jelasnya.
Baca juga: Bikin Suara Kabin Mobil Kian Ciamik, Konsumen Disarankan Pakai Komponen Berikut
Supplier yang telah memiliki keahlian untuk membuat komponen mesin konvensional juga tidak mungkin memproduksi motor elektrik. Oleh karenanya, peluang supplier baru akan tumbuh di sini.
"Mereka yang sudah memiliki keahlian dan spesialisasi bikin diesel engine ya mereka tetap bikin itu, tidak berubah menjadi elektro motor. Kemudian komponen lain, seperti ban, rem, kaca, interior, mereka masih tetap jalan, apapun power train-nya, jadi tidak serta merta berubah," ucap Kukuh.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita, menyatakan IKM komponen kendaraan sudah mulai melakukan diversifikasi produk untuk menyambut kebutuhan sparepart mobil maupun motor listrik.
"IKM motor listrik maupun mobil listrik itu sudah kami lakukan pembinaan, kita sudah intens sejak 3 tahun terakhir melakukan langkah-langkah antisipasi dimana IKM juga harus mulai diversifikasi produk," ungkap Reni.
Contohnya Sentra Knalpot di Purbalingga, dimana Kemenperin sudah mengingatkan untuk mulai menciptakan produk baru untuk mendukung produksi kendaraan elektrifikasi.
Strategi Kemenperin selanjutnya berangkat dari bengkel, dimana Dirjen IKMA melatih atau melakukan bimtek di bengkel-bengkel tertentu agar mereka mengenal kendaraan listrik, hingga bisa melakukan servis ataupun perbaikan.
"Saat ini kita masih fokus di roda dua dan sepeda listrik. IKM kita sudah bisa membongkar, memperbaiki komponen, pelan-pelan kita akan edukasi bagaimana IKM tersebut bisa melakukan diversifikasi produk untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan kendaraan listrik," terangnya.
Untuk pembinaan dan penciptaan komponen apa yang bisa mereka buat untuk diversifikasi produk, Kemenperin juga fokus upskilling Sumber Daya Manusia (SDM).
"Diversifikasi produk itu pasti terkait dengan SDM. Jadi ketika kita mengenalkan dia untuk membuat produk lain yang akan menjadi komponen untuk kendaraan listrik, pastinya ada transfer knowledge ataupun perbaikan perbaikan hingga pendampingan untuk SDM," ujar Reni.
Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Sigit P. Kumala, menerangkan pihaknya siap bilamana nanti terjadi perubahan teknologi ke kendaraan elektrifikasi dan akan bekerja sama dengan Kemenperin akan menindaklanjuti.
"Kami dengan binaan kami akan menindaklanjuti jika harus melakukan diversifikasi produk, terutama transfer knowledge yang tidak bisa langsung, membutuhkan proses sosialisasi dan proses pembinaan sampai kami yakin betul bahwa binaan kami ini siap untuk menunjang kendaraan motor listrik," kata Sigit.
Sebagai informasi, Yayasan Dharma Bhakti Astra banyak membina IKM di sektor-sektor otomotif.