Kuartal III 2023, Pendapatan Harita Nickel Tembus Rp 17,3 Triliun
PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel mencatat kinerja keuangan yang positif di kuartal III 2023.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel mencatat kinerja keuangan yang positif di kuartal III 2023.
Perusahaan berkode saham NCKL ini membukukan pendapatan sebesar Rp 17,3 triliun, atau naik 135 persen dibanding di periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 7,4 triliun.
Selain itu, perusahaan juga mampu mencatatkan kenaikan laba bersih pemilik entitas induk sebesar 24 persen menjadi Rp 4,5 triliun dari Rp 3,6 triliun di periode sebelumnya.
Baca juga: Junjung Tinggi Prinsip ESG, Harita Nickel Raih Penghargaan
"Kenaikan penjualan yang signifikan merupakan hasil dari upaya Perseroan yang melakukan ekspansi peningkatan kapasitas produksi secara berkelanjutan," ungkap Sekretaris Perusahaan Harita Nickel, Franssoka dalam keterangannya, Kamis (30/11/2023).
"Baik dari lini bisnis pertambangan, produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) dan lini produksi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dalam 2 tahun terakhir," sambungnya.
Peningkatan kinerja Harita Nickel turut ditopang berbagai unit usahanya.
Seperti produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas sebesar 18.000 ton kandungan nikel per tahun yang telah selesai dibangun oleh PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) berhasil melakukan produksi komersil sejak awal tahun 2023 dan berhasil mencapai kapasitas produksi secara penuh dalam waktu hanya 2 bulan.
Sehingga, total kapasitas terpasang dari tiga jalur produksi yang dimiliki oleh PT HPL saat ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 55.000 ton kandungan nikel per tahun.
Kemudian, PT Harita Jayaraya Feronikel (PT HJF) yang memiliki delapan jalur produksi juga telah beroperasi secara bertahap sejak awal tahun 2023 dan sejak bulan Agustus 2023, seluruh jalur produksi PT HJF telah berjalan dengan kapasitas penuh.
Baca juga: Petani Binaan Harita Nickel Panen Perdana Kedelai 2,9 Ton per Hektare
PT HJF memiliki kapasitas produksi Feronikel sampai dengan 95.000 ton kandungan nikel per tahun.
Dari bisnis pertambangan, NCKL mencatatkan kenaikan produksi biji nikel yang signifikan untuk memenuhi tambahan permintaan akibat adanya kenaikan kapasitas produksi baik dari PT HPL maupun PT HJF.
Hingga periode kuartal III 2023, anak usaha NCKL di bisnis pertambangan telah memproduksi sekitar 10 juta biji nikel limonite dan 4,4 juta biji nikel saprolite.
Dari lini produksi refinery HPAL, sejak adanya penambahan satu jalur produksi, Perseroan mencatatkan kenaikan produksi MHP sebesar 49 persen dibanding periode tahun sebelumnya yaitu menjadi 46.891 ton kandungan nikel.
Sebagian produk MHP yang di produksi, kemudian di konversi menjadi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ternary precursor, yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis nikel.
Selama sembilan bulan pertama tahun 2023, Perseroan melalui anak usahanya telah memproduksi 9.287 ton Nikel Sulfat dan 818 ton Kobalt Sulfat.
Dengan semakin berkembangnya industri kendaraan listrik secara global serta rencana Pemerintah untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, NCKL mempunyai komitmen untuk terus melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan Perseroan.
Saat ini, NCKL sedang melakukan ekspansi lebih lanjut dengan membangun fasilitas HPAL kedua melalui entitas anak yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC).
Ditargetkan akan memiliki tiga jalur produksi dengan kapasitas produksi 65.000 ton kandungan nikel/tahun MHP dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai di kuartal kedua tahun 2024.
Dari sisi keberlanjutan, NCKL akan terus memiliki komitmen untuk melakukan integrasi berkelanjutan di dalam proses bisnis, keterlibatan dan pembangunan masyarakat setempat, serta lingkungan.
"Perseroan juga akan terus melakukan konsultasi dan diskusi dengan Stakeholders serta Customers terkait di dalam penerapan standard ESG dan sertifikasi yang akan diterapkan di industri," pungkas Franssoka.