Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah, Apa Saja Faktornya?

Namun data nonfarm payrolls yang dirilis pada hari Jumat diperkirakan akan memberikan isyarat pasti mengenai pasar tenaga kerja

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah, Apa Saja Faktornya?
Jeprima/Tribunnews.com
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer, Jakarta Pusat 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dalam penutupan pasar sore ini, Kamis (7/12/2023), mata uang rupiah ditutup melemah 21 poin walaupun sebelumnya sempat melamah 45 poin dilevel Rp. 15.515 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.492.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan, meski The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada bulan Desember, pasar masih belum yakin kapan bank tersebut berencana untuk mulai memangkas suku bunganya.

"Ketidakpastian ini membantu dolar, bahkan ketika data penggajian ADP menunjukkan adanya penurunan yang lebih besar di pasar tenaga kerja," ucap Ibrahim di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Baca juga: Uang Rupiah Logam Pecahan Ini Sudah Tak Laku Lagi untuk Pembayaran, Ini Daftarnya

Namun data nonfarm payrolls yang dirilis pada hari Jumat diperkirakan akan memberikan isyarat pasti mengenai pasar tenaga kerja, dan kemungkinan akan menjadi faktor dalam pergerakan dolar untuk sisa tahun ini.

Kemudian, rilis data Neraca Perdagangan Tiongkok terjadi surplus hingga November yang lebih besar dari perkiraan. Ekspor Tiongkok meningkat untuk pertama kalinya dalam enam bulan, meskipun hanya sedikit.

"Namun penurunan impor yang tidak terduga meningkatkan kekhawatiran akan berkurangnya permintaan domestik, terutama karena aktivitas ekonomi di negara tersebut masih lesu," tambah Ibrahim.

Berita Rekomendasi

Serangkaian data untuk bulan November, yang dirilis awal bulan ini, menunjukkan pelemahan berkelanjutan dalam perekonomian Tiongkok.

Sedangkan di dalam negeri, pasar juga terus memantau proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 sebesar 4,8 persen. Proyeksi ini lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,2 persen.

Hal tersebut berdasarkan sejumlah indikator, seperti tantangan dari perekonomian global dan penurunan harga komoditas unggulan ditahun depan.

Baca juga: Mendulang Rupiah dari Sampah: Bantu Perekonomian Warga, Lingkungan pun Bersih Terjaga

Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah daripada asumsi makro yang tercantum dalam anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2024.

"Meskipun begitu, pertumbuhan sebesar 4,8 persen bukan lah hal yang buruk. Ini karena pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi sebesar 2,8 persen pada tahun depan.

Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 persen berarti perekonomian tidak akan resesi, meski tidak terakselerasi," tambahnya.

Namun, target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen 2024 bisa tercapai, walaupun pemerintah harus kerja keras untuk menipangnya.

Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo menyampaikan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada 2024 dalam pidato penyampaian Rancangan Undang-Undang APBN Tahun Anggaran 2024 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna DPR RI Tahun Sidang 2023 - 2024 di Gedung MPR/DPR, Jakarta.

Jokowi mengatakan stabilitas ekonomi makro akan terus dijaga. Selain itu, situasi pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak pada 2024 akan dikondisikan untuk tetap kondusif guna meningkatkan optimisme perekonomian jangka pendek.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.490 - Rp. 15.550," ucap Ibrahim.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas