Sinkronisasi Sarana LRT Jabodebek Dinilai Belum Maksimal, MTI: Persulit Pergerakan Masyarakat
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai masih banyak hal yang bisa ditingkatkan lagi dari LRT Jabodebek.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai masih banyak hal yang bisa ditingkatkan lagi dari LRT Jabodebek.
Sekretaris Forum Transportasi Jalan dan Kereta Api MTI David Tjahjana mengatakan, perlu adanya sinkronisasi atau harmonisasi antara sarana dan prasarana yang dibangun.
"Sehingga, bisa tercapai sarana yang optimal tanpa harus mengadakan downgrade sedikit, karena misalnya sarana dan prasarana yang tidak pas benar gitu," katanya dalam konferensi pers Catatan Akhir Tahun MTI 2023 di Jakarta, Rabu (27/12/2023).
Baca juga: LRT Jabodebek Tambah Jumlah Perjalanan di Masa Libur Nataru, Berlaku Mulai 27 - 29 Desember 2023
Berikutnya, hal yang perlu ditingkatkan lagi adalah teknologinya, di mana saat ini LRT Jabodebek dioperasikan menggunakan sistem Communication-Based Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) level 3.
Lalu, isu tentang komponen yang berbeda-beda juga menjadi sorotan MTI. Dia bilang, ini bisa mempersulit pergerakan masyarakat.
"Bayangkan saja, bukan LRT saja, tapi misalnya kereta ketinggian, kereta beda-beda, sehingga di peron bisa beda-beda tingginya. Itu kan mempersulit pergerakan masyarakat," kata David.
"Menurut saya itu rencana jangka panjang tentang sinkronisasi sarana dan prasarana ini menurut saya sangat penting sekali termasuk LRT dan (transportasi kereta api, red) yang lain," pungkasnya.
Sebagai informasi, sejak beroperasi, LRT Jabodebek kerap mengalami sejumlah masalah.
Contoh seperti ratusan perjalanan LRT Jabodebek yang terpaksa dibatalkan karena belasan rangkaian keretanya harus masuk bengkel.
Baca juga: Operasional LRT Dongkrak Pertumbuhan Properti di Wilayah Cibubur
Saat itu, roda sebagian kereta LRT mengalami keausan, sehingga perlu dilakukan perawatan dengan pembubutan.
Kemudian, ukuran pintu kereta menjadi sorotan karena dinilai oleh masyarakat terlalu pendek. Pintu otomatis ini juga pernah mengalami gangguan buka tutup.
Gangguan di LRT Jabodebek lainnya, yakni pendingin ruangan dan lampu kereta padam. Saat itu, insiden tersebut disebabkan oleh gangguan pada pembangkit listrik LRT atau TPSS (Traction Power Supply Substantion).