Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Nilai Tukar Rupiah Kembali Berakhir di Zona Merah ke Level Rp 15.481 per Dolar AS

Para pengambil kebijakan masih melihat perlunya pembatasan suku bunga untuk beberapa waktu ke depan.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Nilai Tukar Rupiah Kembali Berakhir di Zona Merah ke Level Rp 15.481 per Dolar AS
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di tempat penukaran uang di Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam penutupan pasar Kamis (4/1/2024), mata uang rupiah ditutup melemah tipis 9 poin. Walaupun sebelumnya sempat melemah 70 poin di level Rp 15.490 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.481.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.470 - Rp 15.550," ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis (4/1/2024).

Menurut Ibrahim, risalah pertemuan kebijakan The Fed bulan Desember yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan para pejabat yakin bahwa inflasi telah terkendali dan khawatir terhadap risiko kebijakan moneter bank sentral yang “terlalu membatasi” terhadap perekonomian.

Baca juga: Sore Ini Laju Rupiah Berakhir Melemah ke Level Rp 15.481 per Dolar AS

Namun, tidak ada petunjuk pasti mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya, dan para pengambil kebijakan masih melihat perlunya pembatasan suku bunga untuk beberapa waktu ke depan.

Dari dalam negeri, banyak yang memprediksi, utang pemerintah tahun 2024 akan tembus Rp 8.600 triliun.

Hal tersebut bisa terlihat dari besaran utang jatuh tempo dan beban bunga utang yang sebagian akan dibayar dengan penerbitan utang baru.

BERITA REKOMENDASI

"Selain itu utang pemerintah tercatat Rp 8.041 triliun per November 2023," kata Ibrahim.

Walaupun demikian, pemerintah tampak nyaman dengan porsi 90 persen utang berbentuk surat berharga negara (SBN) dengan bunga relatif tinggi di pasar.

"Padahal, beban bunga utang yang meningkat akan menyebabkan penyempitan ruang fiskal," terangya.

Tidak semua utang digunakan untuk belanja produktif. Pembayaran bunga dan pokok utang jatuh tempo lewat penerbitan utang baru membuktikan bahwa utang digunakan juga untuk hal yang sifatnya non produktif.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas