Datangi Pasar Induk Cipinang, Jokowi Pastikan Stok Beras Melimpah
Presiden mengatakan kedatangannya ke pasar Induk Cipinang, untuk memastikan bahwa stok beras tersedia.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
Adapun keterbatasan suplai tak lepas dari masa panen yang diperkirakan baru akan datang pada pertengahan Maret 2024, serta belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor Pemerintah.
"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar ritel modern (toko swalayan)," kata Roy dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (10/2/2024).
Roy mengatakan, keadaan kenaikan harga beras ini terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, bahan pokok lain juga ikut mengalami hal serupa.
Hal yang membuat semakin khawatir adalah pada bulan ini menjadi momen para peritel melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan di gerai-gerai ritel modern.
Peritel mulai bersiap menyediakan bahan pokok bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah puasa pada pertengahan Maret 2024 dan merayakan Idul Fitri pada April 2024.
Roy pun harus menelan fakta bahwa saat ini peritel tidak ada pilihan selain membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal.
"Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan (harga sesuai) HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya?" pungkas Roy.
"Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut di gerai ritel modern? Karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” lanjutnya.
Maka demikian, Roy meminta relaksasi kebijakan HET untuk sementara waktu atas bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, dan beberapa komoditas lainnya yang berpotensi mengalami kenaikan harga di Februari ini.
Roy mengatakan, relaksasi HET ini bisa mencegah kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai-gerai ritel modern Indonesia.
Dia bilang, bila kelangkaan terjadi, maka akan bermuara kepada konsumen melakukan "panic buying".
"Mereka akan berlomba membeli, bahkan menyimpan bahan pokok karena khawatir barang akan habis dan situasi harga yang tidak stabil," ujar Roy.