Ekonom: Situasi Untuk Prabowo Tidak Mewah Jika Menjabat Sebagai Presiden
Bhima menyampaikan, situasi yang dihadapi pemerintahan baru nantinya sangat menantang. Sebab, situasi global tidak berpihak kepada Indonesia.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai Prabowo Subianto tidak akan menghadapi situasi perekonomian yang mudah.
Hal tersebut jika Prabowo ditetapkan sebagai presiden mengacu hasil hitung cepat Litbang Kompas.
Bhima menyampaikan, situasi yang dihadapi pemerintahan baru nantinya sangat menantang. Sebab, situasi global tidak berpihak kepada Indonesia.
Baca juga: Riset: Berapa Kerugian Ekonomi yang Diciptakan Sebuah Perang?
Harga komoditas tengah anjlok ekonomi negara-negara besar seperti China sedang tidak stabil, serta dampak dari Pemilihan Umum (Pemilu) di Amerika Serikat., karena bisa pengaruh kebijakan moneter dan arus modal yang masuk.
"Jadi Prabowo menjabat presiden pun situasinya tidak mewah untuk melakukan kebijakan yang sifatnya populis seperti makan siang gratis, susu gratis, saya kira kalau diberlakukan secara nasional akan sangat berat," ujar Bhima saat dihubungi Tribunnews, Jumat (16/2/2024).
Baca juga: Dukung Pemberdayaan Ekonomi, Industri FMCG dan Kemenag Teken MoU
Selain itu, kata Bhima, tantangan besar lain, yakni koalisi 'gemuk' yang berada di lingkaran Prabowo. Menjadi tantangan tersendiri, ketika memilih tokoh yang menempati pos-pos kementerian di sektor ekonomi.
"Siapa yang menggantikan Sri Mulyani, yang menggantikan Luhut, dan menggantikan menteri-menteri profesional di lingkaran Jokowi itu menjadi teka teki besar," tambah Bhima.
Bhima menekankan, jika pos-pos kementerian banyak diisi oleh politisi, praktis akan menurunkan kredibilitas pemerintah. Sebab, investor akan melihat sosok-sosok profesional yang mengisi pos-pos kementerian, terutama di sektor ekonomi.
"Dan, kedepan dengan target ambisius untuk pertumbuhan ekonomi 7 persen misalnya ya harus ada kebijakan extra ordinary. Sejauh ini, belum terdengar kebijakan untuk menggerakkan ekonomi yang berkorelasi untuk meningkatkan ekonomi kecuali hiliriasi," tutur Bhima.
Dia menambahkan, yang perlu menjadi fokus perhatian kedepan adalah masalah pertanian, seperti ketersediaan pupuk, dan ketahanan pangan.
"Ini menjadi suatu hal yang harus diselesaikan untuk mendapatkan kredibilitas dan kepercayaan pemilih," ujarnya.
Diketahui, pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul 58,47 persen dalam hitung cepat (quick count) sementara Litbang Kompas per Kamis (15/2/2024) pada pukul 21.19 WIB.