KPPU Bentuk Tim Khusus untuk Telusuri Kenaikan Harga Beras
KPPU tidak secara teknis terlibat di stabilisasi harga beras, melainkan fokus di perilaku usaha di sektor perberasan seperti apa.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Anggota Komisi VI DPR RI Luluk Nur Hamidah menyatakan kenaikan harga beras tidak masuk akal. Dia menengarai adanya permainan kartel, di mana perusahaan swasta bisa menguasai dari hulu sampai hilir soal beras.
Luluk menyinggung soal harga beras tidak kunjung turun. Fenomena soal kartel pangan khususnya beras bukan hal baru. Dia mengaku mendapatkan informasi dari pejabat di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) soal adanya kartel beras.
"Saya sempat nanya kepada pejabat BUMN di bidang pangan terkait ini, tidak ada jawaban. Kemudian ada pejabat BUMN yang lain justru kemudian membenarkan ada unsurnya kartel," ujar Luluk saat dikonfirmasi, Kamis (29/2/2024).
Kartel yang dimaksud Luluk, terdapat perusahaan swasta yang menguasai beras dari hulu sampai hilir, yakni dari tingkat produsen, distribusi, hingga retail. Perusahaan itu, lanjut dia, bekerja sama dengan tengkulak, bahkan memiliki kemampuan melakukan penggilingan dan penyimpanan dalam jumlah besar.
"Mereka bisa kapan saja mengendalikan pasar sesuai yang diinginkan. Kemudian mereka mendapat keuntungan itu. KPPU juga lembaga pemerintah sudah menengarai adanya kemungkinan kartelisasi harga beras," tutur Luluk.
Baca juga: Bos Badan Pangan Sebut Harga Beras Bakal Turun Saat Masuk Bulan Ramadan
Selain dugaan kartel, kata Luluk, terdapat sejumlah persoalan lain yang turun menambah permasalahan beras. Di antaranya, persoalan produksi hingga bantuan sosial jumlah besar yang digelontorkan.
"Sehingga ditingkat perencanaan, kemudian kepastian data yang bisa dipercaya itu menurut saya penting disampaikan pemerintah. Kalau ada situasi produksi kita turun tapi kenapa ada kebijakan sembrono dan tidak mempertimbangkan bahwa situasi yang buruk seperti ini bisa terjadi," terang Luluk.
Luluk menyampaikan, jika pemerintah merencanakan pemberian bantuan sosial atau bantuan pangan, seharusnya bisa diantisipasi. Sehingga kenaikan harga beras dapat diantisipasi.
"Ini kemudian tidak turun apakah ada kartel main? Yang mengambil keuntungan, yang kemudian mengendalikan harga, yang menahan harga, dan seterusnya. Ini kerja pemerintah saya minta ayolah kita buka-bukaan kalau memang ada bongkar saja untuk kredibilitas pemerintah," imbuhnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo membantah harga beras masih naik. Hal ini dikatakan Jokowi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024). Kepala Negara mengaku selalu mengecek harga beras setiap hari di pasar-pasar tersebut. Dari hasil pengecekan, harga beras perlahan tidak lagi mengalami kenaikan.
"Cek di Pasar Johar naik atau tidak, turun atau tidak, cek, sudah turun. Karena harian itu saya cek. Dan saya itu selalu mendapatkan angka-angka," kata Jokowi, Rabu.
Jokowi menyampaikan, harga beras bisa dicek di Pasar Induk Cipinang atau Pasar Johar yang merupakan pasar beras.
"Coba dicek, jangan menginformasikan seperti itu. Coba dicek di Pasar Induk Cipinang, cek. Coba di cek lagi ke Pasar Johar, ini yang pasar-pasar beras itu harus dicek. Coba kalian datang ke Pasar Cipinang cek, harganya turun atau naik," ucap Jokowi.
Harga beras terus merangkak naik dan meluas ke sejumlah daerah di Indonesia. Pantauan terbaru dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia, rata-rata harga beras sudah mencapai Rp 15.800 per kilogram.