Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menko Luhut: 60 Persen Ekspor Rumput Laut Masih dalam Bentuk Mentah

Luhut B. Pandjaitan menyampaikan, 60 persen ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
zoom-in Menko Luhut: 60 Persen Ekspor Rumput Laut Masih dalam Bentuk Mentah
Istimewa
ilustrasi. Hasil Budidaya Rumput Laut di NTT 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan menyampaikan, 60 persen ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah.

Padahal, ucap Luhut, potensi hilirisasi dari rumput laut sangat besar. Dari rumput laut dapat memproduksi biostimulant atau pupuk organik yang dapat membantu masalah subsidi pupuk dan ketahanan pangan.

Baca juga: Wakil Kepala BRIN Tinjau Hasil Riset Rumput Laut di Lombok

"Biodegradable plastic yang dapat mengatasi masalah sampah plastik di Indonesia. Bahan pangan, seperti pengganti gandum pada mie, yang dapat mengurangi impor gandum. Biofuel yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan masih banyak lagi," ujar Luhut dalam keterangannya, Kamis (29/2/2024).

Lebih dari 70 persen luas Indonesia adalah laut dengan 12 juta ha dialokasikan untuk budidaya. Namun, dengan segala keunggulan yang dimiliki, produksi rumput laut Indonesia masih belum optimal.

Menko Luhut menjelaskan saat ini budidaya rumput laut baru mencapai 102 ribu ha atau 0,8 persen-nya saja. Lebih dari 60 persen ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas.

“Untuk bisa melakukan hilirisasi, salah satu kunci yang harus dilakukan adalah perbaikan di sisi hulu," tambah Luhut.

BERITA TERKAIT

Menurutnya, hal itu sama dengan pertanian di darat, produktivitas dan efisiensi budidaya rumput laut harus terus ditingkatkan.

Baca juga: Luhut: Potensi Ekonomi Hilirisasi Rumput Laut Lebih Besar dari Nikel

Dia menambahkan, melalui budidaya skala besar seluas 100 ha dengan mekanisasi dan teknologi, banyak manfaat ekonomi yang dapat diraih yakni investasi sebesar 2 juta dolar AS - 2,5 juta dolar AS, penciptaan tenaga kerja langsung sebanyak 100-150 orang, produksi rumput laut basah 10-15 ribu ton per tahun, dan setara produksi biostimulant yang dapat mencakup 1-2 juta lahan pertanian.

"Bukan hanya nelayan lombok saja yang akan mendapat manfaat tapi nelaya dimana saja akan dapat manfaatnya. Saya sampaikan ini sudah sekitar 100 hectare sudah jalan bukan hanya coba-coba saja," kata Luhut.

Luhut ingin teknologi terus berkembang karena akan menciptakan lapangan kerja untuk 1 juta orang dan mengurangi kemiskinan dan memberikan dampak pada masyarakat pesisir untuk lebih berkembang. Dia mengajak seluruh pemangku kepentingan bekerja sama.

“Dengan begitu kami akan memperoleh data yang akurat untuk penyempuranaan kebijakan ke depan. Berbagai program akan dilaksanakan untuk mendukung akselerasi yang terintegrasi baik di hulu maupun sisi hilir,” ungkap Luhut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas