Penetrasi Data Center di Indonesia Salah Satu yang terendah di Asia Pasifik
Sebagai perbandingan lain, konsumsi rata-rata di Jepang mencapai 10 watt per kapita.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penetrasi data center di Indonesia saat ini masih di bawah 1 watt per kapita, jauh dibandingkan negara tetangga seperti Singapura yang mencapai 100 watt per kapita.
Sebagai perbandingan lain, konsumsi rata-rata di Jepang mencapai 10 watt per kapita, menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk berkembang dalam hal infrastruktur data center.
Tedy Harjanto, CEO Bitera mengatakan, penetrasi data center di Indonesia merupakan salah satu yang terendah di Asia Pasifik, yaitu sekitar 0,3 watt per kapita.
Baca juga: Data Center Tier IV Facility Pertama di Pusat Kota Jakarta Siap Beroperasi
"Angka ini masih jauh dari kebutuhan kapasitas ideal yang mencapai hampir 840 megawatt (MW) berdasarkan jumlah penduduk.
Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, kapasitas data center di Indonesia hanya setara dengan sekitar 12,7 persen," kata Tedy di sela-sela Grand Launching Bitera di Jakarta belum lama ini.
Indonesia juga masih tertinggal dalam pembangunan data center dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2030.
"Hal ini menjadi perhatian yang cukup serius, mengingat pentingnya peran data center sebagai infrastruktur digital dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia," katanya.
Bitera menawarkan kapasitas beban TI kritis sebesar 20 MW dengan kapasitas hingga 4.000 rak. Fasilitas Tier-III+, menyediakan SLA (Service Level Agreement) Five9s dan merupakan pusat data paling aman di pusat kota Jakarta.
“Bitera memanfaatkan lokasinya yang strategis dan dekat dengan titik-titik pertukaran internet di pusat kota Jakarta, memberikan akses yang mudah untuk menghubungkan bisnis ke ekosistem digital melalui interkoneksi dengan latensi yang rendah,” kata Tedy
Bitera telah menerapkan teknologi yang hemat energi dan ramah lingkungan, serta telah mencapai netralitas karbon dan terus berkomitmen untuk mempertahankan langkah-langkah keberlanjutannya di masa mendatang.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia menekankan, infrastruktur digital merupakan kebutuhan utama dalam transformasi digital perekonomian Indonesia dan dunia.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan infrastruktur digital yang memadai.
“Keberadaan Bitera sebagai pusat data yang dimiliki oleh anak bangsa, menjadi tonggak sejarah dalam perjalanan digitalisasi negara dan diharapkan mampu memperkuat infrastruktur digital nasional sehingga mampu mempersiapkan Indonesia untuk dapat bersaing di kancah internasional, memberdayakan UMKM dan startup melalui akses teknologi yang canggih,” lanjut Bahlil.
Grand Launching Bitera berfungsi sebagai platform yang ideal untuk menunjukkan sinergi antara agenda pemerintah dan sektor swasta untuk membentuk masa depan digital yang solid dan berkelanjutan bagi Indonesia, terutama karena Bitera adalah perusahaan yang 100 persen dimiliki oleh orang Indonesia.
Sebagai afiliasi dari MMS Group Indonesia, Bitera memiliki pandangan yang sama untuk membangun Indonesia yang berkelanjutan. Pencapaian MMS Group Indonesia dalam memenangkan berbagai penghargaan bergengsi terkait transisi energi berkelanjutan menjadi gambaran kuat atas komitmen mereka terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
“Sejalan dengan potensi besar Indonesia dalam mengembangkan ekonomi digital, MMS Group Indonesia melihat adanya peningkatan signifikan untuk data center. Kami percaya, Bitera akan memenuhi kebutuhan ini dan dapat memegang peran penting dalam mendukung perkembangan ekonomi digital Indonesia. Kehadiran Bitera juga sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia melalui kolaborasi dengan sektor swasta," ujar Sendy Greti, CEO MMS Group Indonesia.