Jaga Keamanan Pangan, Kemenperin Kembangkan Sagu untuk Pemenuhan Karbohidrat
Potensi pengembangan sagu sebagai bahan pangan alternatif disokong dengan luasan lahan yang diperkirakan mencapai 5,5 juta hektar.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM - Keamanan pangan menjadi fokus berbagai negara akhir-akhir ini, terlebih fenomena perubahan cuaca dan iklim menjadi pemicu utamanya.
Indonesia yang memiliki sumber daya alam juga mulai fokus melakukan diversifikasi pangan sumber karbohidrat. Jadi bukan hanya memanfaatkan padi sebagai sumber karbohidrat, namun juga sagu .
"Pohon sagu dapat tetap tumbuh meskipun saat banjir ataupun pada saat masa kekeringan karena kemarau panjang, sehingga pohon sagu tidak terdampak fenomena alam seperti La Nina dan El Nino," tutur Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika, saat Business Matching 2024 Belanja Produk Dalam Negeri di Bali, Rabu (6/3/2024).
Potensi pengembangan sagu sebagai bahan pangan alternatif disokong dengan luasan lahan yang diperkirakan mencapai 5,5 juta hektar.
Kemenperin terus mendorong pengembangan hilirisasi sagu di dalam negeri melalui dukungan peningkatan produksi pati sagu dan diversifikasi produk olahan pati sagu.
"Pada tahun 2023, Kemenperin bekerja sama dengan beberapa industri besar produsen pati sagu untuk meningkatkan utilisasi produksinya."
"Utilisasi produksi industri pati sagu nasional saat ini masih sangat rendah yaitu di bawah 30 persem. Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan industri untuk memperoleh bahan baku empulur sagu," ungkap Putu.
Empulur sagu memiliki sifat yang mudah rusak karena cepat teroksidasi, sehingga industri tidak dapat memperoleh bahan baku empulur sagu dari lokasi yang jauh.
Pemerintah bekerja sama dengan industri pati sagu untuk mengembangkan model bisnis industri pati sagu dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku industri pati sagu.
Baca juga: Tingkatkan Hasil Produksi, Anak Muda Papua Hadirkan Mesin Pengolah Sagu
Pemanfaatan sagu basah UMKM ini dapat memperlambat proses oksidasi sehingga jangkauan bahan baku industri pati sagu semakin luas dan dapat memberikan nilai tambah pada petani sagu.
Selain pengembangan model bisnis sagu, Kemenperin juga mendukung diversifikasi produk olahan pati sagu.
Baca juga: Pangan Lokal Seperti Daun Kelor, Jagung Hingga Sagu Bisa Cegah Stunting
Pati sagu saat ini sebagian besar banyak dikenal sebagai bahan untuk membuat papeda, namun saat ini sudah mulai tumbuh industri pengolahan sagu menjadi produk yang modern seperti mi instan dan beras analog.
"Produk pangan olahan ini berpotensi menjadi pangan utama pengganti beras terutama pada saat terjadinya kelangkaan beras," imbuhnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia