Dolar AS Makin Perkasa, Pengusaha Makanan dan Minuman Minta Bea Masuk Bahan Baku Ditangguhkan
Impor bahan baku yang dilakukan industri saat ini dikenakan bea masuk, sehingga cost produksi juga akan mengalami kenaikan.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melemahnya rupiah membuat bahan baku industri makanan dan minuman yang saat ini masih impor menjadi mahal.
Saat biaya bahan baku melonjak, dampak yang tidak bisa dihindari ialah kenaikan harga jual produk.
Apalagi impor bahan baku yang dilakukan industri saat ini dikenakan bea masuk, sehingga cost produksi juga akan mengalami kenaikan.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) meminta pemerintah menangguhkan bea masuk impor bahan baku industri.
Baca juga: Makin Ambruk, Sore Ini Nilai Tukar Rupiah di Level Rp16.220 per Dolar AS
"Kita berharap pemerintah bisa mereview regulasi yang ada supaya mengkompensasi kenaikan biaya yang terjadi. Salah satunya kebijakan terkait dengan bea masuk bahan baku. Bahan baku industri Mamin itu kebanyakan kena regulasi yang cukup ketat, kayak Permendag juga. Sementara produk jadi itu bea masuk nol," tutur Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman, Selasa (16/4/2024).
Adhi berharap pemerintah segera meninjau kembali kebijakan bea masuk saat kondisi rupiah tengah melemah. Langkah ini agar bisa mendukung industri tetap mempertahankan kinerja terbaiknya.
Penangguhan bea masuk juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan antara produk jadi dan bahan baku, sekaligus menjaga daya saing produk buatan Indonesia.
"Kalau (bea masuk) produk jadi nol, sementara bahan baku kena bea masuk di tengah biaya tinggi tentunya ini akan berdampak pada daya saing produk lokal terhadap produk impor," ungkap Adhi.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (17/4/2024), mata uang rupiah ditutup melemah di level Rp 16.220 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.170 per USD hingga Rp16.250 per USD," ujar Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi.
Ibrahim menerangkan, komentar Powell membuat para pedagang semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni, dengan alat CME Fedwatch yang kini menunjukkan peluang 79,2 persen bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.
Alat ini juga menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang kecil kenaikan 25 basis poin.
Lebih banyak pejabat Fed yang akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang, dan kemungkinan besar akan mengulangi retorika Powell, mengingat bank sentral telah memberi isyarat bahwa setiap penurunan suku bunga akan dipandu oleh inflasi.
"Selain itu, para pedagang waspada terhadap kemungkinan tindakan intervensi oleh pemerintah Jepang, terutama karena beberapa pejabat memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk membendung pelemahan yen," tulis analisisnya.
Dari dalam negeri, lanjut Ibrahim Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kembali mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 di angka 5 persen.
IMF tak mengubah proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia di angka 5 persen. Setidaknya IMF telah konsisten terhadap prospek ekonomi Tanah Air dalam tiga laporan berturut-turut. Meski mempertahankan prospek ekonomi tahun ini, namun IMF terpantau mengerek proyeksi ekonomi RI pada 2025 menjadi 5,1 persen.