Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Meski Rupiah Tertekan, Ekonom Minta Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan Demi Hal Ini

Kenaikan harga pangan merupakan penyumbang utama inflasi tahunan, dipengaruhi oleh tertundanya musim panen yang bergeser ke akhir Maret 2024.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Meski Rupiah Tertekan, Ekonom Minta Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan Demi Hal Ini
dok. Kompas/Priyombodo
Rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal dalam dua minggu terakhir. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky mengatakan, Bank Indonesia (BI) perlu mempertahankan BI Rate di level 6,00 persen pada bulan ini.

Hal itu didasari oleh beberapa hal. Riefky mengatakan, inflasi umum meningkat menjadi 3,05% year-on-year (yoy) pada bulan Maret 2024.

Selama enam bulan terakhir, kenaikan harga pangan merupakan penyumbang utama inflasi tahunan, dipengaruhi oleh tertundanya musim panen yang bergeser ke akhir Maret 2024 hingga April 2024.

Baca juga: Ekonom Sarankan BI Segera Naikkan Suku Bunga 25 Bps demi Redam Kemerosotan Rupiah

"Dalam sebulan terakhir, kenaikan harga pangan semakin diperburuk oleh meningkatnya permintaan komoditas pangan selama bulan Ramadhan," kata Riefky dikutip dari laporan kajian divisi makroekonomi LPEM FEB UI, Rabu (24/4/2024).

Kenaikan harga pangan tercermin pada laju inflasi kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang naik 7,43% yoy pada Maret 2024, naik dari 6,36% yoy pada Februari 2024.

Sehingga, memiliki andil 2,09 poin persentase terhadap inflasi tahunan.

Berita Rekomendasi

Lalu, Ia mengatakan, rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal dalam dua minggu terakhir.

Pemicunya antara lain ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sentimen ‘high-for-longer’ dari The Fed.

Dalam beberapa hari terakhir, kata Riefky, rupiah mulai stabil di level kenormalan baru, yaitu sekitar Rp 16.200 per dolar AS, seiring dengan sentiment ‘high-for-longer’ yang sudah mulai termaterialisasi dan belum adanya eskalasi lebih lanjut dari konflik di Timur Tengah.

"Walaupun terdapat ruang untuk kenaikan suku bunga acuan, keputusan menaikkan BI Rate nampaknya bukanlah langkah ideal yang perlu diambil saat ini," ujar Riefky.

Riefky memandang, menaikkan suku bunga kebijakan mungkin akan merugikan sektor riil.

Selain itu, BI dinilai masih memiliki beberapa opsi kebijakan lain yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut didukung oleh jumlah cadangan devisa yang besar.

"Oleh karena itu, kami berpandangan bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 6,00% untuk saat ini," lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas