Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Sri Mulyani: Ada yang Lebih Parah
Penurunan nilai tukar terjadi di berbagai negara sebagai dampak dari penguatan dolar AS hingga 4,5 persen.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai masih lebih baik jika dibandingkan negara kawasan Asia.
Menurutnya, penurunan nilai tukar terjadi di berbagai negara sebagai dampak dari penguatan dolar AS hingga 4,5 persen. Artinya, saat ini semua kondisi mata uang mengalami pelemahan.
Hal itu dia sampaikan dalam Konferensi Pers APBN KiTa, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2024).
"Indonesia dalam hal ini nilai tukarnya year to date (ytd) 5,37 persen depresiasinya, negara-negara seperti sekitar kita dan di emergingkan G20 kira-kira dalam situasi yang mirip, ada yang lebih parah, tentu tergantung dari pondasi dan kondisi ekonomi masing-masing," kata Sri Mulyani.
Berdasarkan paparannya, Sri Mulyani mengatakan bahwa mata uang Bath dari Thailand mengalami koreksi lebih dalam di 8,56 persen. Kemudian, Won Korea sebesar 6,31 persen dan Turki sebesar 10,4 persen.
"Brazil dekat dengan kita di 5,06 persen, terus kita lihat Vietnam 4,7 persen, South Afrika 4,7 persen, Filipina 3,9 persen," tutur Sri Mulyani.
"Nah Indonesia ekonominya alhamdulillah baik," imbuhnya menegaskan.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,25 persen. Keputusan itu berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 23 dan 24 April 2024.
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam RDG BI secara virtual, Rabu (24/4/2024).
Baca juga: Kurs Rupiah Melemah ke Rp16.208 Per Dolar AS, Ini Sentimen Pemicunya
Perry mengatakan, suku bunga deposit facility naik 25 bps menjadi 5,5 persen dan suku bunga lending facility naik 25 bps menjadi 7 persen.
Baca juga: Sehari Usai Kenaikan BI Rate, IHSG dan Rupiah Kompak Ditutup Jeblok
"Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5+-1 persen pada 2024 dan 2025," terangnya.