Pemerintah Ngaku Kerja Keras Atur Strategi Kelola Energi di Tengah Konflik Timur Tengah
Pemerintah tengah bekerja keras mengatur mekanisme pemanfaatan dan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumbar Daya Mineral (ESDM) tengah menyoroti konflik Timur Tengah yang berkepanjangan berimbas pada ketahanan energi global.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi mengungkapkan, adanya volatilitas, ketidakpastian, komplesitas, dan ambiguitas ekonomi turut memengaruhi komoditas minyak mentah global.
Baik dari sisi perkembangan penawaran (supply), permintaan (demand), dan pergerakan harga.
Baca juga: Ekonom Dorong Pertamina Jaga Ketahanan Energi Nasional di Tengah Eskalasi Konflik di Timur Tengah
"Dilihat situasi belakangan ini, adanya konflik middle east mengganggu harga, apalagi demand global juga mengalami kelemahan," ucap Agus dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (30/4/2024).
"Ini harus yang kita memecahkan solusi terhadap VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity)," sambungnya.
Ia menjelaskan, pengelolaan energi di Indonesia saat ini masih memberikan porsi energi fosil lebih besar. Sehingga mengakibatkan pemerintah tengah bekerja keras mengatur mekanisme pemanfaatan dan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Saat ini kami menjaga agar pasokan BBM ada. Kita akui masih terpapar suplai minyak mentah kita banyak bergantung pada impor," tambahnya.
Sejalan dengan target Emisi Nol Bersih atau Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, pemerintah masih menempatkan energi fosil sebagai transisi untuk pemenuhan kebutuhan energi primer sebelum sepenuhnya beralih ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
"Di masa transisi ini kita memang masih membutuhkan. Alhamdulillah kita masih memiliki reserve (cadanngan) dan produksi yang cukup," jelas Agus.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini produksi minyak bumi Indonesia adalah 605.723 Barrel Oil Per Day (BOPD) dan gas bumi sebesar 6.630 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).
Sementara jumlah cadangan minyak bumi sebesar 2.413,2 MMBO dan cadangan gas bumi adalah 35,30 TCF.
Untuk reserve to production ratio minyak bumi adalah 10,92 persen dan serve to production ratio gas bumi adalah 14,59 persen.
"Ini tantangan buat korporasi untuk melakukan eksplorasi dan PT Pertamina sendiri udah mengelola sebagian besar blok-blok strategis migas untuk berkolaborasi dengan global oil company," pungkas Agus.